Thursday, August 11, 2011

Pesta Dengan Anak Buah Part 4


“Aaakkhh… !” demikian keluar dari mulutnya hingga penis Endang mentok ke dalam vaginanya. Endang pun mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan kemudian makin lama makin cepat. Endang melakukannya dalam posisi satu kaki naik sofa dan kaki lainnya berdiri menginjak lantai, kedia tangannya memegangi betis Ivana. “Ah-ah-ah… …uuhh… !!” desah Ivana dengan mata terpejam “Enak ya Neng ?” kata Yanto dekat telinganya Sejak Endang menggenjot Ivana, Yanto terus saja menyangga tubuhnya sambil menghujani leher, telinga, dan payudaranya dengan ciuman dan jilatan. Kini dia sedang mengulum daun telinga Ivana dan tangannya meremas kedua payudaranya. Tentu puting Ivana sudah sangat keras karena daritadi dimain-mainkan. Ivana sendiri tangannya menggenggam penis Yanto, dia mengocok-ngocok penis itu karena hornynya. Kedua kakinya menjepit pinggang Endang, seolah minta disodok lebih dalam lagi.
Tanpa mencabut penisnya, Endang memiringkan tubuh Ivana sehingga posisinya berbaring menyamping, satu kakinya dinaikkan ke bahunya. Wow… seru sekali melihat paha Endang bergesekan dengan paha mulus Ivana dan penisnya keluar masuk dari samping. Yanto menempelkan penisnya ke wajah dan bibir Ivana, memintanya melakukan oral seks. Ivana masih sangat risih memasukkan benda itu dalam mulutnya, hanya berani mengocoknya dengan tangan, sepertinya dia masih merasa tidak nyaman dengan penis Endang di mulutnya tadi, belakangan dia bilang ke aku bahwa dia memang tidak terbiasa dengan penis hitam dan berbau tidak enak seperti itu, dan dia juga tidak suka dengan cara mereka yang suka maksa tidak tau diri, makannya dia tidak pernah mau ngeseks dengan orang-orang kaya gitu, cukup kali ini saja, pertama dan terakhir demikian tegasnya. “Jilatin dong Neng, jangan cuma main tangan aja !” pinta Yanto tidak sabar merasakan mulutnya “Ngga Mang… jijik… ga mau… ahh !” gelengnya dengan sedikit mendesah. “Lho, gimana sih si Neng ini, tadi kan dia dikasih, masa saya ngga ?”
“Ayo dong Neng, sebentar aja kok !” Yanto terus mendesak dengan menekan kepalanya dengan tangan kanannya ke penis yang dipegang dengan tangan kirinya. Penis itu pun akhirnya memasuki mulut Ivana, karena mulutnya mengap-mengap mendesah, kesempatan itulah yang dipakai Yanto menjejalkan penisnya. Sesudah penisnya dimulut, Yanto memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak kuncirnya. “Emmhh… eehmm… Mang… saya… mmm !” Ivana berusaha protes tapi malah tersendat-sendat karena terus dijejali penis. “Mmmm… gitu dong Neng baru namanya anak manis, udah lama Mamang ga diginiin uuh !” Yanto melenguh dan merem-melek keenakan dioral Ivana. Kalau saja ada orang berani berbuat seperti itu padanya setengah tahun lalu, pasti sudah kuhajar sampai masuk ICU, tapi sekarang berbeda, aku malah terangsang melihat bekas pacarku ini diperlakukan demikian sehingga aku makin cepat mengocok penisku, apalagi waktu itu Indah juga sedang main kuda-kudaan diatas penis Pak Andang sambil mengoral penis Mang Nurdin dengan bernafsu.
Akhirnya Ivana orgasme duluan, badannya berkelejotan dan mulutnya terdengar erangan tertahan. Yanto rupanya cukup pengertian, dia melepaskan dulu penisnya membiarkan Ivana menikmati orgasmenya secara utuh. Badannya menegang beberapa saat lamanya, Yanto menambah rangsangannya dengan meremasi payudaranya. Endang pun menyusul sekitar tiga menit kemudian, sodokannya makin dahsyat sampai akhirnya dia melepaskan penisnya dan menumpahkan cairan putih di perut yang rata itu. Sambil orgasme dia memegang erat-erat lengan kokoh Yanto yang mendekapnya hingga tubuhnya …
lemas dan terbaring dalam dekapan pria tambun itu. Si Endang cuma duduk sebentar, minum dan menyeka keringat, lalu dia langsung beralih ke Indah seperti yang telah kuceritakan di atas, posisinya segera digantikan Yono yang baru recovery setelah istirahat. Yanto memberikan minum pada Ivana mengambilkan tissue mengelap keringatnya. “Euleuh… si Endang teh gimana, buang peju sembarangan aja !” gerutu Yono yang baru tiba melihat ceceran sperma di perut Ivana. Yanto sambil tertawa meneteskan sedikit air dan mengelap ceceran sperma itu sampai bersih, Ivana juga ikut tertawa kecil. “Udah, gampang Mang, dibersihin aja kan beres !” hiburku padanya
Yono langsung mencumbui payudara Ivana yang masih didekap Yanto, mulutnya berpindah-pindah antara payudara kiri dan kanan. “Ooohh… oohhh !!” desahnya ketika merasakan putingnya digigit dan ditarik-tarik dengan mulut oleh Yono. Tangan satunya di bawah sedang meremasi bongkah pantatnya yang kenyal, diremasnya berulang kali sekaligus mengelusi paha mulusnya. Dari pantat tangannya merayap ke kemaluan, tubuh Ivana bergetar merasakan kenakalan jari Yono yang mengusap-usap klitoris dan bibir kemaluannya. Di belakangnya, Yanto sangat getol mencupangi leher, tenguk dan bahunya. “Hehehe… liat nih udah basah gini !” sahut Yono mengeluarkan jarinya dari vagina Ivana “Emm… enak pisan !” dijilatinya cairan yang blepotan di jari itu Kemudian Yanto menarik pinggang Ivana, mendudukkannya di pangkuannya dengan membelakanginya, satu tangannya meraih vaginanya dan membuka bibirnya
“Masukin Neng, pelan-pelan !” suruhnya Ivana tanpa malu-malu memegang penis itu dan mengarahkan ke vaginanya, lalu dia menekan badannya ke bawah sehingga penis itu terbenam dalam vaginanya. Namun kerena besar penis itu baru masuk kepalanya saja, itu sudah membuat Ivana merintih-rintih dan meringis menahan nyeri. “Duh… sakit nih Mang, udah ya !” rintihnya “Wah, kagok dong Neng kalo gini mah, ayo dong dikit-dikit pasti bisa kok !” kata Yanto “Nanti juga enak kok Neng, sakitnya bentar aja !” timpal Yono Beberapa kali Yanto menekan tubuh Ivana juga menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk juga penis itu ke vaginanya, mata Ivana sampai berair menahan sakit. Yanto mulai menggoyangkan tubuhnya “Arrgghh… uuhhh… sempit amat… enak !” gumam Yanto di tengah kenikmatan penisnya dipijat vagina Ivana. Sementara Yono meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan hup… mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Ivana, dia hanya pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba menikmatinya lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu dengan lidah lawannya.
Limabelas menit lamanya batang Yanto yang perkasa menembus vagina Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Yanto dan sofa di bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan). Ivana memeluk erat-erat kepala Yono yang sedang mengenyot payudaranya. Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan Ivana, rupanya Yanto juga telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak olehku ketika Yanto melepas penisnya, dari vagina Ivana menetes cairan sperma yang telah bercampur cairan cintanya. Waktu beristirahat baginya cuma sebentar karena Yono langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan. Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana menggelinjang setiap kali dia menghentakkan tubuhnya. Saat itu Mang Nurdin dan Pak Andang mendekati keduanya untuk menonton lebih dekat adegan panas itu. Mereka menyoraki temannya yang sedang berpacu diatas tubuh mantan pacarku itu seperti menonton pertandingan olahraga saja.
Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan karena sedang mengantar Indah ke kamar mandi, maka adegan yang hilang ini kuceritakan berdasarkan penuturan Mang Nurdin yang kuanggap paling akurat. Dari sofa, Yono menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan terus menyodoknya. Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut payudara yang menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi payudara Ivana. Endang dan Yanto yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Ivana. Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang meremas payudaranya, ada yang memelintir putingnya, beberapa diantaranya sedang dikocok penisnya oleh Ivana. Ikat rambutnya sudah terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah yang kulihat ketika keluar dari kamar mandi.
Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika sperma mereka muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya. Namun aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan penis-penis mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dalam mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya ketika kulihat air matanya mulai menetes. Aku tahu semasa pacaran denganku dulu dia memang tidak terlalu suka oral seks dan menelan sperma, jijik katanya, apalagi sekarang dengan yang hitam-hitam gitu, tentu saja aku tidak tega melihatnya dipaksa-paksa sampai menangis. “Udah-udah Mang, cukup… jangan diterusin lagi, nangis nih dia !” kataku membubarkan mereka Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap sperma yang membasahi mukanya. Dia memelukku dan menangis sesegukan, aku balas memeluknya dan menenangkannya, tidak peduli lagi dengan tubuhnya yang masih lengket-lengket. “Duh… maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga taunya nangis beneran !” kata Yono “Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut kont*l, kita juga ga maksa, tadi Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita juga tambah nafsu” tambah Yanto
“Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah !” hiburku mengelus-elus rambutnya “Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral” katanya setelah lebih tenang sambil membersihkan air mata. Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal trauma atau shock. Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Aku dan para buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Sandra. Aku ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan apa yang harus dilakukan untuk menghukum Sandra yang terlambat nanti. Sandra memang bukan type yang malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap harus memperingatkan mereka agar tidak bertindak kelewatan, aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku. “Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ?” terdengar suara Indah bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dengan handuk kuning terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah “Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit… ya gitulah !” jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku.
Mang Nurdin mengajak Indah duduk disebelahnya saja, tapi Indah menolaknya “Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra !” tolaknya Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Sandra, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku. Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman baginya. Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam). “Hai, sori yah telat” katanya begitu pintu terbuka “gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah” “Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk !” ajakku “Ngapain aja seharian tadi ?” “Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak kalo gua pulang dulu, sori banget” Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Indah, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG. Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans.
Sandra “Hi, baru lembur nih !” sapanya pada Indah Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget “Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !” “Aww… aduh, ngapain sih sakit tau !” rintihnya Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ini psikopat atau apa, dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, karena dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya.Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku
“Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kont*l, kalo lu mau kont*l gua kasih lu lima sekaligus !” makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu. “Heeaaa… sikat !” seru mereka sambil menyerbunya “Win… sialan lu, gila !!” jeritnya “Huehehehe… tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis !” aku menyeringai padanya Sandra meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka. Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.

No comments:

Post a Comment