Thursday, August 11, 2011

Pesta Dengan Anak Buah Part 2


Akhirnya sampai juga hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah membereskan segala dokumen yang harus kutangani, sisanya, pekerjaan kecil lainnya kuserahkan pada staffku. Saat itu sudah ada SMS masuk dari Ivana yang …
mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang menunggu di depan kediamanku. “Pagi-pagi amat dia datang, baru juga jam segini” pikirku. Aku pun segera menuju ke rumahku yang terletak di samping pabrik, dibatasi dua buah gerbang kayu. Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku. “Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah bubar kerja” sapaku “Tanggung, kalo pulang, nanti harus bolak-balik jauh lagi” jawabnya “Naik apa kesini ?” “Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana” Hari itu Ivana terlihat cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yang panjang diikat ekor kuda. Walaupun pernah putus denganku akibat ketidakcocokan sifat, namun kami masih berteman baik, bahkan terkadang kita melakukan hubungan badan. Secara fisik, dia termasuk perfect, buah dadanya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya langsing bak biola, dia juga jago dancing dan piano.
Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD Troy sambil ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik. Ketika film lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik yang memintaku datang. “Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua juga !” omelku dalam hati “Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah” Huh, ternyata cuma ada dokumen yang perlu kutandatangan, cuma itu saja, itulah kenapa aku tidak mengatur acaranya jam segini, ya banyak gangguan seperti ini loh. Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik, setelah yakin tidak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping. Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Indah sudah ada di halaman pabrik. Aku menengok arlojiku, wah… sudah mau jam setengah lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe… aku jadi ngeres.
“Lho, si Indah mana, tadi ada mobilnya di depan ?” tanyaku pada Ivana karena tidak melihat Indah di rumah “Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan nih ?” tanyanya “Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang gitu, ntar juga enjoy” kataku “Yo, San darimana aja, you are so hot today !” sapaku begitu keluar dari kamar mandi Waktu itu Indah memakai tank-top merah yang talinya diikat ke leher dan membiarkan setengah punggungnya terbuka. Bawahnya memakai rok yang mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yang putih mulus. Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Indah yang tinggi semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental namun ekspesinya agak dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yang belum kenal dekat dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan pendengar yang baik, setahuku dia ini orangnya pilih-pilih dalam memilih patner sex, tapi mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yang kepingin atau diplomasiku yang hebat. “Dari rumahlah, masa dari kampus pake baju glamor gini, eh tinggal si Sandra ya yang belum ada ?” jawabnya “Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga dinyalain”
“Lu pake ginian bikin gua kepanasan nih San” kataku sambil memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku juga mulai bangun. Tak dapat menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Indah, tanganku menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yang montok. “Nngghh… buru-buru amat sih, ntar aja ah !” katanya antara menolak dan menerima “Sori San… dikit aja, lu bikin gua nafsu sih” sahutku seraya memagut lehernya Rambutnya yang pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati lehernya yang jenjang hingga ke tenguknya. Dari sana bibirku menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya yang tipis. Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya dengan panas, nafas kami yang memburu terasa pada wajah masing-masing. Perhatian Ivana pada layar TV jadi tersita ke arah mantan pacarnya yang berciuman dengan penuh gairah dengan temannya. Dia menatapi kami tanpa berkedip dan terlihat gelisah, tangannya secara sembunyi-sembunyi meremas payudara sendiri. Aku yakin cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yang membuatnya horny.
Indah pun mulai merespon dengan meremas selangkanganku yang sudah menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku berbunyi, kami melepaskan diri. Hhmm… siapa ya, Sandra atau para bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula, aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga baru dua yang datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dengan adil. “Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ?” si Endang seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya “Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy !” Yanto menepuk punggung pemuda itu Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dengan para cewek. Ivana terlihat nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu. Sedangkan Indah, meskipun agak gugup, namun lebih luwes, dia berdiri menyambut kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan. Ketika Yono dengan nakal mencolek pantatnya pun, dia membalasnya dengan senyum menggoda.
Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka memilih sesuai selera mereka, dengan ini pesta resmi kubuka. Yanto dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya. Sedangkan sisanya yang memilih Indah mulai berdiri mengerubunginya. Aku sendiri duduk di sebuah sudut yang strategis untuk menyaksikan the hottest live show ini. Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan kedua adegan ini secara lengkap dan detail, karena tidak seru kan kalau aku hanya menguraikannya sekilas-sekilas. Akhirnya setelah kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun turut menghayati kenikmatan yang kurasakan waktu itu, semoga metode berceritaku ini memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya dengan adegan Indah. …
(beberapa dialog disini, terutama yang diucapkan para buruhku adalah dalam Bahasa Sunda, sebenarnya aku lebih sreg menuliskan seperti aslinya, namun mengingat pembaca ah-uh.tk bukan cuma dari Jawa Barat, juga peraturan dari admin yang mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka aku harus taat sama aturan mainnya)
Indah dikerubungi ketiga orang itu Indah nampak tegang, namun dia menutup-nutupi ketegangan itu dengan senyumannya dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya pertanyaan nakal yang membuat wajahnya memerah tersipu-sipu. Pak Andang mulai berani mengelusi punggung Indah yang terbuka. “Eeemm… geli Pak !” desahnya menggoda. “Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ?” Yono meremas payudaranya. Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya. Mang Nurdin juga mulai merayapi lekuk tubuh Indah sambil menyingkap rok mininya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Indah yang masih tertutup celana dalam biru langit.
“Bapak buka bajunya ya Neng” Tanpa menunggu jawaban Indah, Pak Andang membuka tali leher yang menyangga pakaiannya. Indah tidak memakai bra karena tank top itu mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot payudara montok dengan puting kemerahan itu langsung terekspos. Pak Andang dan Yono mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Indah yang jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu. “Neng, pahanya mulus amat… putih lagi” puji Mang Nurdin sambil menjilatnya. Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang Nurdin telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya. Yono mengenyot payudara kanannya. Indah menengadah dengan mata terpejam, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Dia telah mabuk birahi, tubuhnya menggelinjang saat Mang Nurdin menggosok vaginanya dengan jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah celana dalamnya.
“Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ?” kataku menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ. Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Indah di kasur empuk itu, lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Indah yang berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Indah sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera �membantainya� itu. Ketiganya kembali mengerubungi Indah yang terlihat nervous dengan menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan. “Hehehe… si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah !” kata Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Indah yang menutup payudaranya. “Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya!” kata Yono yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.
Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pada sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan digerayangi. Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir celana dalam lalu mulai memijatnya, ini jauh lebih spektakuler dari film bokep dengan artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan menjilat leher jenjang Indah sambil mengusap-usap payudara satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan Indah menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin memagut bibir Indah, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Indah yang mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Indah nampak sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari matanya yang terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yang semula pasif mulai berubah dengan meraih penis Mang Nurdin dalam genggamannya.
Yono sedang berlutut diantara kedua paha Indah, tapi dia belum juga mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu. Lagi enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk, kuraih HP-ku, oh… si Sandra, hampir lupa aku sama anak ini saking asyiknya, pesannya berbunyi demikian :

1 comment: