Thursday, August 11, 2011

Pesta Dengan Anak Buah Part 5

The Help

Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai. Yanto meremasi payudaranya yang masih terbungkus pakaian “Waw… teteknya gede nih, asyik !” komentarnya Yono dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan menggenggamkannya pada penisnya. “Kocok Neng, kocokin yang saya !” suruhnya “Erwin… mhhpphh… Win… gua… mmm !” desahnya di tengah cecaran bibir Yanto yang akhirnya melumat bibirnya.
Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Indah. “Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin tiko!” katanya sambil mencubit pahaku “Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo !” sambil memencet payudaranya. “Buka ah handuknya ngehalangin aja !” kutarik lepas handuk yang melilit badannya “Lu juga dong buka, biar adil !” balasnya sambil melepasi pakaianku “Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih !” suruhku Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan, seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya.
Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang dengan sukarela, juga ketika Yanto menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis … itu. “Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya !” kata salah seorang dari mereka “Iya bugilin, bugilin, ewe… ewe !!” timpal yang lain Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yang indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip. “Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi !” komentar seseorang “Wih, teteknya… jadi ga tahan pengen netek eemmm… !” sahut Mang Nurdin yang langsung melahap payudara kanannya
“Sebelah sini juga bagus” sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah pahanya. Bersama Yono dia memandangi daerah kemaluan Sandra yang berbulu lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Yanto menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru selesai mandi, dia menjatuhkan pantatnya di sebelahku, seperti Indah tadi dia juga memakai handuk melilit badannya, rambutnya masih agak basah. “Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu !” kataku menarik lepas handuknya Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit payudara dan lehernya yang putih, kurangkul tubuhnya yang mulus itu di sisi kiriku. Indah tidak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana, dia terus saja menjilat penisku dengan gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya
“Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu !” kata Ivana “Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin gitu, dah biasa” jawabku santai “Ooo… ga kaya gua yah !” sehabis berkata dia langsung menyambar putingku dan menggigitnya “Adawww… !!” jeritku refleks menepis kepalanya. “Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti” kataku mengelus-elus putingku yang nyut-nyutan digigitnya. Dia malah tertawa melihatku begitu, si Indah juga ikutan ketawa. “Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah kaya disembelih hihihi !” Indah mengejekku “Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila” gerutuku. “Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah !” kutekan kepalanya ke bawah “Sini lo !” kusambar tubuh Ivana yang masih cekikikan ke pelukanku Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas sehingga dia mendesah-desah kenikmatan.
Bukan cuma menjilat, Yono juga memasukkan jarinya ke liang vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Yono menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya. “Aaakkhh !” erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Yono masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat. Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Sandra seirama dengan ayunan pinggul Yono. Desahan itu sesekali teredam bila ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya. “Hehehe… liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya !” sahut Yanto memperhatikan payudara yang ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak “Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya !” kata Endang yang lagi keenakan penisnya diemut Sandra. “Uuuhh… uuhh… iyahh !” jerit klimaks Yono, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam sana.
Posisi Yono segera digantikan oleh Pak Andang, dia melakukannya dalam posisi sama dengan rekannya tadi sambil tangannya menggerayangi pahanya dengan liar. Sementara Endang mengerang lebih panjang, wajahnya mendongak ke atas dan meringis. Rupanya dia telah orgasme dan spermanya ditumpahkan ke mulut Sandra, dia menyedotnya, namun sebagian meleleh keluar bibirnya, dikeluarkannya sebentar untuk dikocok dan diperas, maka sperma itu pun nyiprat ke wajahnya. Kemudian dijilatnya lagi penis Endang yang mulai menyusut membersihkannya dari sisa-sisa sperma. Tugas Sandra menjadi sedikit lebih ringan setelah dua orang yang telah dibuatnya orgasme menyingkir, keduanya kini terduduk di pinggirnya, memulihkan tenaga sambil sesekali megang-megang tubuhnya. Tubuh Sandra menggelinjang merasakan sensasi yang selama ini belum dia rasakan, tangannya yang menggenggam penis Yanto nampak semakin gencar mengocoknya sehingga pemiliknya melenguh keenakan. “Aahhh… emm… gitu Neng, enak… oohhh !” sambil tangannya meremasi payudaranya. Mang Nurdin yang tadi menyusu sekarang mulai menciumi perut Sandra yang rata, tangan kirinya memainkan putingnya, tangan kanannya mengelus pantatnya.
Saat itu aku sedang menikmati penisku dipijati oleh cengkraman vagina Ivana yang duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangi. Aku membiarkannya mengendarai penisku sementara aku menikmati Sandra digangbang, menonton sambil melakukan, suatu kenikmatan seks yang sejati. Kudekatkan wajahku ke lehernya dan kuhirup aroma tubuhnya, hhmm… wangi, habis mandi sih, di lehernya masih membekas cupangan mereka, tapi aku tak peduli, kulit lehernya yang mulus kuemut dan kugigiti pelan membuatnya semakin mendesah kesetanan. Tangan kiriku mendekap Indah sambil memutar-mutar putingnya, tapi kemudian Indah bangkit dan berdiri di hadapan kami, dia dekatkan kemaluannya pada Ivana, tanpa disuruh Ivana menjilatinya. Indah mendesah menikmatinya, dipeganginya kepala Ivana, seolah meminta dia tidak melepaskannya. Aneh si Ivana ini, kalau diminta mengoral punya cowok susah, harus dibujuk-bujuk baru terpaksa diiyakan, tapi ini ke sesama jenisnya tanpa disuruh kok mau, mungkin sih akibat terlalu horny, tapi peduli amat ah, yang penting enjoy aja (emang iklan LA Light ?). Kuminta Indah menepi sedikit karena sempat menghalangi pandanganku terhadap Sandra. Ruang tamuku jadi dipenuhi oleh desah birahi yang sahut menyahut.
Sandra kembali orgasme oleh genjotan Yono, badannya lemas bercucuran keringat, namun … mereka terus menggumulinya. Gerakan Yono semakin cepat dan menggumam-gumam tak jelas, tapi sebelum spermanya keluar, dia mencabut penisnya dan langsung menaiki dadanya. “Misi, minggir dulu dong, tanggung nih, pengen ngent*t pake teteknya sebelum ngecret !” Segera dia jepitkan penisnya diantara dua gunung kembar itu lalu digesek-gesekkannya penisnya disana dengan lancar karena sudah licin oleh cairan cinta. Tak sampai tiga menit spermanya sudah muncrat, cipratannya berceceran di dada, leher, wajah dan sebagian rambut Sandra. Setelahnya dia menyuruh Sandra menjilati penisnya hingga bersih mengkilat. Dua orang lagi yang masih menggumulinya, Mang Nurdin dan Yanto, mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke kasur udara tempat Indah digarap. Mang Nurdin membalikkan tubuh Sandra hingga telungkup, pantatnya diangkat hingga menungging, dengan posisi ini dia memasukkan penisnya ke vagina Sandra dari belakang. Disodokkannya benda itu berkali-kali dengan keras, sehingga Sandra mengerang makin histeris.
Yanto tidak meneruskan aktivitasnya dengan Sandra, dia meninggalkannya berduaan dengan Mang Nurdin. Sementara dia sendiri menghampiri kami dan kedua tangan gemuknya melingkari perut Indah dari belakang, agaknya dia masih penasaran karena belum sempat menikmati Indah. Telapak tangannya bergerak ke atas membelai payudara Indah, sedangkan yang satunya ke bawah membelai kemaluannya, mulutnya mencupangi bahunya. Indah memejamkan mata menghayati setiap elusan tangan kasar itu pada bagian-bagian sensitifnya, desahan pelan keluar dari mulutnya. Tangannya lalu menarik wajah Indah ke belakang, begitu dia menoleh bibirnya langsung dipagut. Keduanya terlibat percumbuan yang panas, sedotan-sedotan kuat dan permainan lidah terlibat di dalamnya. Dengan terus berciuman tangan kanannya beraksi di kemaluan Indah, jari-jari itu menggosok-gosok belahan kemaluannya, kadang juga masuk dan berputar-putar di dalamnya. Permainan jari Yanto yang lihai membuat tubuh Indah bergetar dan vaginanya melelehkan cairan. Sedangkan tangan kirinya meraba-raba bagian tubuh lainnya, lengan, dada, perut, paha, pantat, dll. Setelah mencumbunya selama beberapa menit, lidah Yanto kini menjilati lehernya dan menggelikitik telinganya.
Di pihakku, Ivana menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih kencang, diantara desahannya terdengar kata-kata tak jelas, tanganku juga diraih dan diremaskan ke payudaranya, gelagat ini menunjukkan dia sudah di ambang orgasme. “Aaahh… Win, dikit lagi nih… enak !” erangnya sambil meremas tanganku. Akupun merasa mau keluar juga saat itu, maka kupacu juga pinggulku sampai sofanya ikut goyang, penisku menusuk makin keras dan dalam padanya. Penisku serasa diperas oleh jepitan vaginanya, himpitannya makin lama makin kencang saja. Akhirnya cairan nikmat itu keluar dibarengi desahan yang panjang, aku pun mendapat orgasmeku lima detik setelahnya. Sperma bercampur lendirnya meleleh keluar dari sela-sela vaginanya membasahi selangkangan kami dan sofa di bawahnya. Kami saling berpelukan tersandar lemas di sofa, kubelai-belai lembut rambut dan wajahnya selama cooling down. “Goyangan lu tambah asyik nih say, bersihin dong pake mulut, boleh ya ?” pujiku sekaligus memintanya melakukan cleaning service. “Nggak mau, lu sendiri aja !” jawabnya sambil manyun “Ayo dong say, lu kan baik, please dikit aja, yah… !” mohonku lagi memencet putingnya
“Ok, tapi cuma bersihin aja yah, ga lebih” katanya sambil turun dari pangkuanku Dia berjongkok diantara kedua kakiku, dipegangnya penisku, kemudian mulai menjilati sisa-sisa cairan pada penisku hingga bersih. Di kasur sana, Mang Nurdin menyetubuhi Sandra dengan ganasnya dengan doggie style. Mata Sandra merem-melek dan mendesah tak karuan akibat sodokan-sodokan yang diberikan Mang Nurdin. Yono menghampiri mereka lalu duduk mekangkang di depan Sandra. Tangannya menjenggut rambut Sandra dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya, tentu saja benda sebesar dan berdiameter selebar itu tidak muat di mulut Sandra yang mungil. Susah payah Sandra berusaha menyesuaikan diri, pelan-pelan kepalanya mulai naik-turun mengisap benda itu. Desahan tertahan masih terdengar dari mulutnya, pada dinding pipinya kadang terlihat tonjolan dari penis Yono yang bergerak maju-mundur. Yono mengelus punggung dan dadanya sambil menikmati penisnya dikulum Sandra. Mang Nurdin hampir klimaks, genjotannya semakin cepat, tak lama kemudian dia mendesah panjang dengan mencengkram erat bongkahan pantatnya, spermanya menyemprot di dalam vaginanya, ketika dia cabut penisnya, nampak cairan kental itu masih menjuntai seperti benang laba-laba, sebagian meleleh di sekitar pangkal paha Sandra.
Melihat vagina Sandra nganggur, Yono menyuruhnya menghentikan kulumannya dan naik ke pangkuannya. Sandra yang klimaksnya tertunda karena Mang Nurdin sudah keluar duluan segera menaiki penis Yono. Sebelum mulai, pria kurus itu meminta tissue basah pada Endang untuk mengelap ceceran sperma di sekujur tubuh Sandra. Sandra menaik-turunkan pinggulnya dengan gencar di atas penis Yono, payudaranya pun ikut terayun-ayun seiring gerak badan. Pemandangan itu membuat Yono tidak tahan untuk tidak melumatnya, mulutnya menangkap payudara yang kanan dan mengenyot-ngeyotnya, sementara tangannya bergerilya menyusuri lekuk-lekuk tubuh yang indah itu. Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh Sandra yang sudah bekerja keras melayani lima pria sekaligus, rambutnya sudah acak-acakan, namun itulah yang menambah pesonanya. Desahan nikmat Sandra memacu Yono untuk terus melahap dada, leher, dan ketiaknya.
Setelah puas melakukan foreplay bersama Indah, Yanto menyuruhnya nungging, masih dalam posisi berdiri, Indah mencondongkan badan ke depan dengan tangan bertumpu pada kepala sofa. Indah yang sudah horny berat itu pun tanpa sungkan-sungkan mengulurkan tangan ke belakang membuka bibir vaginanya, gatel minta ditusuk. Yono mengerti bahasa tubuh Indah, dia pun segera melesakkan penisnya masuk ke lubang itu. “Aarrghh… enak Mang, terus… terus !” jerit Indah Adegan ini berlangsung tepat di sebelahku sehingga aku dapat mengamati ekpresi wajah Indah yang sedang menikmati sodokan penis Yono, dia merintih-rintih dan sesekali menggigit bibir bawah. dari belakangnya Yono menggerayangi tubuhnya sambil terus menggenjotinya, payudaranya tampak berayun-ayun menggoda..
itulah pengalaman seksku bersama anak buahku yang mengesankan..

No comments:

Post a Comment