Thursday, August 11, 2011

Pesta Dengan Anak Buah Part 3


“Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?”
Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi, tapi aha… terbesit sebuah cara untuk menghukumnya, hihihi… aku nyeringai sambil mereply SMS-nya “Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta skalian mkn mlm aja, ok”
Wow, kini Indah sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang dan Mang Nurdin yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Yono menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Indah, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Yono. Kini Indah membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pada penis Pak Andang, setelah masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Yono menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Indah lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya. Indah juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan. “Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kont*l Mang gede gitu !” ucap Indah memperingatkan “Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok !” hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya. .Nampaknya Yono kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina Indah karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong. “Aakkhh… nggghhh… sakit !” rintih Indah menahan rasa nyeri, padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya “Masa pelan gitu sakit sih Neng ?” kata Pak Andang yang memegangi tangannya sambil membelai payudaranya “Mungkin si Neng aja yang mem*knya kekecilan kali !” sahut Mang Nurdin cengengesan. “Aaaaahhh… ” jeritnya saat Yono menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu. Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Indah. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus. Pak Andang menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Indah tidak luput dari jilatannya. Indah mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.
Sebentar saja Indah sudah mencapai klimaks, badannya menegang dan menekuk ke atas, desahannya makin hebat. Namun Yono masih belum keluar, dia menaikkan kedua betis Indah ke bahunya dan memacu tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak. Akhirnya dia menggeram dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Indah, cairan itu nampak menetes dari daerah itu bercampur dengan cairan kewanitaannya. Indah hanya sempat beristirahat kurang dari lima menit sebelum giliran Pak Andang mencicipi vaginanya. Mula-mula dia meminta Indah membasahi penisnya dulu, setelah dikulum sebentar, dia menindih Indah sambil memasukkan penisnya, pinggulnya mulai bergerak naik-turun diatas tubuhnya, Indah yang gairahnya mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama goyangannya. Pak Andang melumat bibir mungil Indah yang mengap-mengap itu meredam desahannya. Waktu itu aku sudah keluar sekali, kuambil tissue mengelap tanganku yang basah. Yono mengambil aqua gelas yang kusiapkan dan meminumnya, dia duduk di sofa sebelahku. “Gimana Mang, sip ga ?” “Enak banget Bos, Mamang ga pernah mimpi bisa dapet kesempatan ini, sering-sering bikin yang kaya gini ya!” komentarnya dengan antusias “Tenang Mang, jangan boros tenaga dulu, ntar masih ada satu lagi loh !” nasehatku, kemudian aku menjelaskan apa yang harus dilakukan pada Sandra kalau dia datang nanti.
Pak Andang tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga Indah kini diatasnya. Dia lalu menegakkan badan sambil terus menaik-turunkan pinggulnya diatas penis yang mengacung bagai pasak itu. Terkadang dia memutar-mutar pinggulnya sehingga penis itu mengaduk-aduk vaginanya. Matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya seperti embun, juga menetes-netes dari mukanya. Mang Nurdin berdiri di sebelahnya lalu mendekatkan penisnya yang masih keras ke mulutnya. Indah mulai menjilatinya dimulai dari kepalanya yang disunat hingga seluruh permukaan batang itu, buah zakarnya yang besar dia emut beberapa saat. “Uuuhh… ayo Neng, enak gitu… mmm !” desah Mang Nurdin Semakin hanyut dalam lautan birahi, Indah tidak malu-malu lagi mengemut penis itu sambil mengocoknya dengan satu tangan. Payudaranya bergoyang-goyang naik-turun seirama gerak tubuhnya, dengan gemas Pak Andang menjulurkan kedua tangannya mencaplok gunung kembar itu serta meremasnya.
Saat itu Endang baru saja selesai dengan Ivana, setelah menyemprot perut Ivana dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Indah, sementara itu Yono mulai mencicipi Ivana. Endang duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yang sedang menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Indah mengejang dan mendesah tertahan di tengah aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dengan mulutnya. “Ooohh… isep Neng… iseepp !!” tiba-tiba Mang Nurdin mendesah panjang dan makin menekan kepala Indah ke selangkangannya. Spermanya menyembur di dalam mulut Indah, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Indah tidak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya. Mang Nurdin beranjak pergi meninggalkan Indah setelah di cleaning service, diambilnya segelas aqua dari meja untuk diminum.
Tiba-tiba goyangan Indah makin gencar lalu berhenti dengan tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk Indah. Tubuh Indah melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan pemiliknya. Tubuh Indah kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas. “Ooohh… …oooh… aakkhh !” gairah Indah mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yang sudah di ambang klimaks.Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dalam vagina Indah akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Indah dengan nafas terengah-engah.
Setelah ditinggalkan Pak Andang, Indah cuma melayani Endang saja, namun pemuda ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit. Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Indah sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan melihatnya, maka aku menghampirinya dengan membawa air dan tissue. Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pada lenganku, dengan tissue kuseka keringat di dahinya, minuman yang kuberikan langsung diteguknya habis. “Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan lu!” saranku Namun dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma perlu … istirahat sedikit, dia juga bilang rasanya seperti diperkosa massal saja barusan itu. Waktu itu Yanto menghampiri kami bermaksud menikmati Indah, tapi kusuruh dia bersabar karena kondisinya belum fit.
Karena tubuh Indah yang sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya. Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya dengan dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan tanganku, sehingga aku harus cuci tangan. “Dah mandi dulu yang bersih, supaya nanti siap action !” kataku Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar, waw… gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang itu, dia sudah tidak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas karpet, the hottest gangbang i’ve ever seen ! Untuk lebih lengkapnya lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal.
Ivana, Endang dan Yanto duduk mengapit Ivana masing-masing di kanan dan kirinya. Ivana terlihat tegang sekali beberapa kali dia memanggil-manggil namaku. “Kenapa Na, kok sekarang tegang gitu katanya mau ngebalas pacarlu itu!” kataku “Oh, jadi Neng udah punya pacar yah !” kata Yanto “Ngga, baru putus kok” jawabnya malu-malu “Putusnya kenapa Neng ?” tanya Endang Ivana cuma menggeleng tanpa menjawabnya. “Udah ah lu, kalau ga mau dijawab jangan maksa !” kata Yanto pada rekannya “Eh, Neng sama pacar yang dulu pernah ngent*tan ga ?” tanya Endang cengengesan Rona merah jelas sekali pada wajah Ivana yang putih mulus, dia hanya mengangguk pelan sebagai jawabnya sambil tersenyum malu-malu.
“Kalo gitu pernah diginiin dong Neng hehehe !” Yanto tertawa-tawa meremas buah dada Ivana. “Diginiin juga pernah !” Endang meraih selangkangannya dan meremasnya dari luar. Ivana menjerit kecil sambil tertawa geli karena kejahilan tangan mereka. Yanto makin gemas memijati payudaranya, si Endang sengaja meniupkan udara ke kupingnya untuk memambangkitkan birahinya perlahan-lahan sambil tangannya membantu Yanto meremas payudara yang satunya. Ivana hanya diam menikmatinya dengan mata terpejam. Keduanya mulai menyingkap kaosnya, Ivana sepertinya menurut saja, dia mengangkat lengannya membiarkan kaos itu dilolosi. Dia tinggal memakai bra warna krem dan celana panjang selututnya. “Ini dibuka aja ya Neng” pinta Endang Ivana mengangguk, maka Endang pun dengan cekatan membuka bra-nya sehingga dia telanjang dada. Endang langsung melumat yang kanan dengan rakus. “Pentilnya bagus ya Neng, kecil, merah lagi” komentar Yanto sambil memilin-milin putingnya
Yanto menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Ivana yang terikat ke belakang memudahkannya menyerang daerah itu. Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Yanto menghentikan kegiatannya dan memanggil Endang yang lagi asyik nyusu dengan mencolek kepalanya. “Eh, Dang, kita taruhan yu, yang menang boleh ngent*t si Neng duluan !” tantangnya “Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja” “Coba tebak, si Neng ini jembutan ga ?” tanyanya dengan nyengir lebar Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku juga jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan pacarku ini dikerjai orang lain. “Hmmm… ada ga Neng ?” tanya Endang sambil menatapi selangkangan Ivana “Eee… nanya lagi, orang disuruh tebak !” omel Yanto menyentil kepalanya Ivana senyum mesem dan menjawab tidak tahu menjawab si Endang.
“Ada aja deh !” tebak si Endang “Yuk kita tes, bener ga !” kata Yanto dengan menyusupkan tangannya ke balik celana Ivana “Eemmhhh… ” desis Ivana saat merasakan tangan Yanto merabai kemaluannya “Weleh… sialan, bener juga lu Dang !” gerutunya karena ternyata kemaluan Ivana memangnya berbulu, lebat lagi. Endang tersenyum penuh kemenangan karena dapat giliran pertama merasakan tubuh Ivana. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya. Tangan Yanto tetap didalam celananya mengobok-obok kemaluannya sejak mengetes tadi. Endang mulai membuka sabuk yang dikenakan Ivana dan menurunkan resletingnya, sebelumnya dia menyuruh Yanto menyingkirkan tangannya dulu. Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan tangannya dari sana. Endang turun dari sofa dan jongkok di lantai beralas permadani itu untuk menarik lepas celana Ivana. Tampak kemaluan Ivana dengan bulu-bulu yang tebal dari balik celana dalamnya yang semi transparan. Sesaat kemudian pakaian terakhir dari tubuhnya itu dilepaskannya pula. Jadilah Ivana telanjang bulat terduduk separuh berbaring di sofa.
Keduanya tertegun melihat tubuh putih mulus dan terawat di hadapan mereka. Si Endang masih berjongkok di antara kedua paha Ivana, tentu dia bisa melihat jelas selangkangan berambut lebat yang tampak menggunung dalam posisi demikian. “Duh, cantik banget sih Neng ini, bikin saya ga tahan aja !” kata Yanto sambil mendekap tubuhnya. Bibirnya mencium pipi Ivana, lalu lidahnya keluar menjilati pipi dan hidungnya, menikmati betapa licin dan mulusnya wajah mantan pacarku itu, belakangan bibirnya dilumat dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, selalu berpindah-pindah mengelusi punggungnya atau meremas payudaranya. Wajah Endang makin mendekati vagina Ivana sambil kedua tangannya mengelusi paha mulus itu. Tubuh Ivana bergetar ketika jemari Endang mulai menyentuh bibir kemaluannya, pasti dia bisa merasakan nafas Endang menghembus bagian itu. Perlahan-lahan Endang membuka kedua bibir bawah itu dengan jarinya. Erangan tertahan terdengar dari mulut Ivana yang sedang dilumat Yanto, keringatnya mulai bercucuran. “Wah… asyik, saya baru pernah liat mem*knya amoy, dalemnya merah muda, seger euy !” komentar Endang mengamati vagina itu.
“Yanto, mau liat ga nih, bagus banget loh !” sahut Endang padanya “Hmmm… iya bagus ya, kamu aja dulu Dang, saya mau netek dulu !” kata Yanto sambil mencucukkan sejenak jari . tengah dan telunjuk ke vaginanya, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu. Yanto mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain. “Hhhnngghh… Mang, oohh !” Ivana mendesah menggigit bibir sambil memeluk erat kepala Yanto. Ivana makin menggelinjang saat wajah Endang makin mendekati selangkangannya dan “Aaaahh… !” desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, kedua pahanya mengapit kepala Endang. Pemuda itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dalam vaginanya, klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dengan desahan Indah yang saat itu baru ditusuk Yono.
“Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong kont*lnya ke Neng Ivana pasti dah ga sabar dia !” kataku pada Endang dan Yanto. Yanto nyengir lalu dia membuka kaos berkerah dan celananya hingga bugil, dia menggenggam penisnya yang tebal dan hitam itu memamerkannya pada Ivana “Nih, Neng kont*l Mamang gede ya, sama pacar Neng punya gede mana ?” tanyanya sambil menaruh tangan Ivana pada benda itu “Gede yah Mang… keras” jawab Ivana yang tangannya sudah mulai mengocoknya Ivana yang tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking terangsangnya, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitar, yang dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yang sudah membakar demikian hebat itu. Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Endang masih seperti kelaparan, belum berhenti menjilati vaginanya sementara Ivana sudah mengapir dan menggesek-gesekkan pahanya pada kepala Endang menahan birahinya yang meninggi.
“Cepetan dong, kan kamu harusnya nusuk duluan, kalo ngga mau saya tusuk juga nih !” kata Yanto yang tidak sabar ingin segera menyetubuhi Ivana. “Iya sabar atuh Pak, ini udah mau nih” kata Endang yang mulai menanggalkan pakaiannya “Yuk Neng, basahin dulu nih… isep !” dia sodorkan penisnya ke mulut Ivana sambil memegangi kuncirnya. Ivana agak ragu memasukkan penis Endang, mungkin agak jijik kali belum pernah merasakan yang sehitam itu. Namun Endang terus mendesaknya, apalagi dengan kepala dipegangi seperti itu, akhirnya dengan terpaksa Ivana membuka mulutnya membiarkan penis itu masuk. Sebentar kemudian Endang mengeluarkan penisnya, diangkatnya kaki Ivana ke sofa sehingga dia kini terbaring di sofa dengan kepala bersandar pada perut tambun Yanto. Endang memegang miliknya dan mengarahkannya ke vagina Ivana. Pelan-pelan mulai memasukinya, tubuh Ivana menekuk ke atas.

1 comment: