Thursday, August 11, 2011

Pesta Dengan Anak Buah Part 1


Nama saya Erwin (23 tahun), WNI keturunan yang tinggal di Semarang dan kuliah ekonomi manajemen di Universitas Maranatha. Kuliahku agak tersendat karena keranjingan membantu orang tuaku menjalankan usaha percetakan keluarga kami, jadi SKS-nya kuambil sedikit-sedikit biar tidak semerawut. Dalam materi aku sama sekali tidak ada masalah, begitupun halnya dalam pergaulan, statusku membuat orang-orang mudah dekat denganku, terutama wanita, sudah beberapa kali aku gonta-ganti pacar dan hampir semua pernah ML denganku. Orang tuaku sudah mempercayai perusahaan ini sepenuhnya padaku sehingga mereka bisa menikmati hari tuanya dengan santai dengan bepergian ke luar negeri atau mengunjungi sanak saudara lainnya. Aku mempunyai seorang cici yang sudah menikah dan ikut suaminya, jadi sekarang aku tinggal sendirian di rumah yang megah ini mengurus bisnis sekaligus kuliah.
Kejadian gila ini terjadi pada bulan Agustus 2004 yang lalu. Waktu itu aku baru putus dengan pacarku, dalam kesepian itu kalau sudah tidak ada kerjaan aku menghibur diriku dengan nonton bokep, clubbing (tapi tidak sering karena besoknya harus bangun pagi-pagi, malu dong bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam. Suatu hari aku membaca cerita-cerita ah-uh.tk , disitu aku menemukan hiburan yang menggairahkan, aku sangat terkesan dengan cerita-cerita karya penulis wanita seperti Lily Panther, Citra Andani, Dania, Deknas, dll dimana wanita-wanita itu terlibat dalam seks liar, ternyata wanita jaman sekarang tidak kalah berani dari pria. Lalu aku sampai pada cerita berjudul “Kejutan Untuk Teman-temanku” yang memberiku inspirasi mengadakan acara gila ini. Terbayang-bayang dalam pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy, dan imut dikerjai oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yang statusnya lebih rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yang menggairahkan.
Aku kemudian mulai memikirkan rencana untuk mewujudkan fantasi liarku, rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untuk diadu dengan buruh-buruh bawahanku. Yang pertama harus kulakukan adalah mencari ceweknya dulu, karena cukup sulit dan perlu lobi-lobi yang jitu, kalau untuk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh. Besoknya aku kuliah siang dan membicarakan hal ini dengan seorang teman wanita yang pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah. Aku jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana aku bertemu Indah (22) dan Sandra (22) yang juga sefakultas denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling mengutarakan maksudku pada mereka. Mulanya mereka merasa risih dengan ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Indah bangkit juga gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Sandra, meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan juga karena kudesak terus (duh… kaya salesman aja nih !). Setelah puas ngedugem, aku mengantar Indah pulang (Sandra naik mobil sendiri), sambil menyetir Indah sempat mengoralku sampai keluar dan dihisapnya habis.
Berikutnya aku mencari seorang lagi untuk lebih meriah, kutelepon beberapa teman yang pernah kencan denganku dan mereka-mereka yang bispak (bisa pakai). Dari tiga orang yang kuhubungi akhirnya ada juga yang setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yang pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus dengan pacarnya. Phew… akhirnya jerih payahku dengan menebalkan muka tidak sia-sia. Kini tinggal mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untuk menyeleksi kandidat yang pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak. Sebentar saja aku sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pada : Pak Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yang telah bekerja sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima hadiah ini mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit karena terbiasa kerja keras; Yanto, usianya sebaya dengan Pak Andang, sudah menduda, jadi kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya; Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi, inilah yang menjadi pertimbanganku memilih dia; Yono, tiga puluhan, tampangnya mirip tikus dengan kumis tipis, kurus tinggi seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan kerjanya bagus, patut mendapat hadiah ini.
Seusai jam kerja aku memanggil mereka untuk bertemu secara pribadi di kantorku. Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti ada salah saja. Namun setelah aku menjelaskan maksudku selama beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang, seperti tidak percaya apa yang baru kutawarkan. “Hah, serius nih tuan ?” Pak Andang dan Yono bertanya hampir bersamaan “Iya, siapa yang main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan nge-jos, apa-apanya saya yang atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yang tau lagi selain kita, atau tidak sama sekali” jawabku meyakinkan. Seperti yang kuduga, tak satupun dari mereka ragu atau menolak, tidak sesulit mengajak para ceweknya. Ya, sifat dasar pria lah, siapa sih yang bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yang bijak itu saja tidak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan !
Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi karena Indah meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yang harus diselesaikan, terpaksa acara ditunda besok lusa. Duh, aku jadi agak bete, tidak sabar menunggu hari esok, satu jam jadi terasa setahun karena sudah kebelet. Malamnya aku sampai masturbasi saking bergairahnya, tapi sisi positif dari tertundanya acara ini aku bisa mempersiapkan segalanya lebih baik. Ketiga pembantu wanitaku kubebastugaskan hari itu, yang kebetulan sehari sebelum hari kemerdekaan RI, kusuruh saja mereka berkunjung ke sanak saudaranya atau kemana kek, pokoknya tidak mengganggu acara gilaku. Kupompa kasur udaraku yang empuk (beli dari Dr. TV, hehe… promosi nih ceritanya?) dan kuletakkan di ruang tamu sebagai arena pertarungan nanti.

Pesta Dengan Anak Buah Part 2


Akhirnya sampai juga hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah membereskan segala dokumen yang harus kutangani, sisanya, pekerjaan kecil lainnya kuserahkan pada staffku. Saat itu sudah ada SMS masuk dari Ivana yang …
mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang menunggu di depan kediamanku. “Pagi-pagi amat dia datang, baru juga jam segini” pikirku. Aku pun segera menuju ke rumahku yang terletak di samping pabrik, dibatasi dua buah gerbang kayu. Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku. “Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah bubar kerja” sapaku “Tanggung, kalo pulang, nanti harus bolak-balik jauh lagi” jawabnya “Naik apa kesini ?” “Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana” Hari itu Ivana terlihat cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yang panjang diikat ekor kuda. Walaupun pernah putus denganku akibat ketidakcocokan sifat, namun kami masih berteman baik, bahkan terkadang kita melakukan hubungan badan. Secara fisik, dia termasuk perfect, buah dadanya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya langsing bak biola, dia juga jago dancing dan piano.
Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD Troy sambil ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik. Ketika film lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik yang memintaku datang. “Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua juga !” omelku dalam hati “Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah” Huh, ternyata cuma ada dokumen yang perlu kutandatangan, cuma itu saja, itulah kenapa aku tidak mengatur acaranya jam segini, ya banyak gangguan seperti ini loh. Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik, setelah yakin tidak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping. Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Indah sudah ada di halaman pabrik. Aku menengok arlojiku, wah… sudah mau jam setengah lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe… aku jadi ngeres.
“Lho, si Indah mana, tadi ada mobilnya di depan ?” tanyaku pada Ivana karena tidak melihat Indah di rumah “Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan nih ?” tanyanya “Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang gitu, ntar juga enjoy” kataku “Yo, San darimana aja, you are so hot today !” sapaku begitu keluar dari kamar mandi Waktu itu Indah memakai tank-top merah yang talinya diikat ke leher dan membiarkan setengah punggungnya terbuka. Bawahnya memakai rok yang mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yang putih mulus. Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Indah yang tinggi semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental namun ekspesinya agak dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yang belum kenal dekat dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan pendengar yang baik, setahuku dia ini orangnya pilih-pilih dalam memilih patner sex, tapi mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yang kepingin atau diplomasiku yang hebat. “Dari rumahlah, masa dari kampus pake baju glamor gini, eh tinggal si Sandra ya yang belum ada ?” jawabnya “Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga dinyalain”
“Lu pake ginian bikin gua kepanasan nih San” kataku sambil memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku juga mulai bangun. Tak dapat menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Indah, tanganku menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yang montok. “Nngghh… buru-buru amat sih, ntar aja ah !” katanya antara menolak dan menerima “Sori San… dikit aja, lu bikin gua nafsu sih” sahutku seraya memagut lehernya Rambutnya yang pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati lehernya yang jenjang hingga ke tenguknya. Dari sana bibirku menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya yang tipis. Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya dengan panas, nafas kami yang memburu terasa pada wajah masing-masing. Perhatian Ivana pada layar TV jadi tersita ke arah mantan pacarnya yang berciuman dengan penuh gairah dengan temannya. Dia menatapi kami tanpa berkedip dan terlihat gelisah, tangannya secara sembunyi-sembunyi meremas payudara sendiri. Aku yakin cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yang membuatnya horny.
Indah pun mulai merespon dengan meremas selangkanganku yang sudah menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku berbunyi, kami melepaskan diri. Hhmm… siapa ya, Sandra atau para bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula, aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga baru dua yang datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dengan adil. “Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ?” si Endang seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya “Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy !” Yanto menepuk punggung pemuda itu Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dengan para cewek. Ivana terlihat nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu. Sedangkan Indah, meskipun agak gugup, namun lebih luwes, dia berdiri menyambut kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan. Ketika Yono dengan nakal mencolek pantatnya pun, dia membalasnya dengan senyum menggoda.
Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka memilih sesuai selera mereka, dengan ini pesta resmi kubuka. Yanto dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya. Sedangkan sisanya yang memilih Indah mulai berdiri mengerubunginya. Aku sendiri duduk di sebuah sudut yang strategis untuk menyaksikan the hottest live show ini. Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan kedua adegan ini secara lengkap dan detail, karena tidak seru kan kalau aku hanya menguraikannya sekilas-sekilas. Akhirnya setelah kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun turut menghayati kenikmatan yang kurasakan waktu itu, semoga metode berceritaku ini memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya dengan adegan Indah. …
(beberapa dialog disini, terutama yang diucapkan para buruhku adalah dalam Bahasa Sunda, sebenarnya aku lebih sreg menuliskan seperti aslinya, namun mengingat pembaca ah-uh.tk bukan cuma dari Jawa Barat, juga peraturan dari admin yang mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka aku harus taat sama aturan mainnya)
Indah dikerubungi ketiga orang itu Indah nampak tegang, namun dia menutup-nutupi ketegangan itu dengan senyumannya dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya pertanyaan nakal yang membuat wajahnya memerah tersipu-sipu. Pak Andang mulai berani mengelusi punggung Indah yang terbuka. “Eeemm… geli Pak !” desahnya menggoda. “Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ?” Yono meremas payudaranya. Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya. Mang Nurdin juga mulai merayapi lekuk tubuh Indah sambil menyingkap rok mininya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Indah yang masih tertutup celana dalam biru langit.
“Bapak buka bajunya ya Neng” Tanpa menunggu jawaban Indah, Pak Andang membuka tali leher yang menyangga pakaiannya. Indah tidak memakai bra karena tank top itu mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot payudara montok dengan puting kemerahan itu langsung terekspos. Pak Andang dan Yono mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Indah yang jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu. “Neng, pahanya mulus amat… putih lagi” puji Mang Nurdin sambil menjilatnya. Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang Nurdin telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya. Yono mengenyot payudara kanannya. Indah menengadah dengan mata terpejam, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Dia telah mabuk birahi, tubuhnya menggelinjang saat Mang Nurdin menggosok vaginanya dengan jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah celana dalamnya.
“Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ?” kataku menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ. Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Indah di kasur empuk itu, lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Indah yang berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Indah sampai terpana menatap ketiga senjata yang akan segera �membantainya� itu. Ketiganya kembali mengerubungi Indah yang terlihat nervous dengan menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan. “Hehehe… si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah !” kata Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Indah yang menutup payudaranya. “Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya!” kata Yono yang tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.
Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pada sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan digerayangi. Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir celana dalam lalu mulai memijatnya, ini jauh lebih spektakuler dari film bokep dengan artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan menjilat leher jenjang Indah sambil mengusap-usap payudara satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan Indah menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin memagut bibir Indah, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Indah yang mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Indah nampak sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah birahi yang menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari matanya yang terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yang semula pasif mulai berubah dengan meraih penis Mang Nurdin dalam genggamannya.
Yono sedang berlutut diantara kedua paha Indah, tapi dia belum juga mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu. Lagi enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk, kuraih HP-ku, oh… si Sandra, hampir lupa aku sama anak ini saking asyiknya, pesannya berbunyi demikian :

Pesta Dengan Anak Buah Part 3


“Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?”
Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi, tapi aha… terbesit sebuah cara untuk menghukumnya, hihihi… aku nyeringai sambil mereply SMS-nya “Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta skalian mkn mlm aja, ok”
Wow, kini Indah sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang dan Mang Nurdin yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Yono menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam vagina Indah, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Yono. Kini Indah membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pada penis Pak Andang, setelah masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Yono menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Indah lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya. Indah juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan. “Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kont*l Mang gede gitu !” ucap Indah memperingatkan “Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok !” hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya. .Nampaknya Yono kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina Indah karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan tarik-dorong. “Aakkhh… nggghhh… sakit !” rintih Indah menahan rasa nyeri, padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya “Masa pelan gitu sakit sih Neng ?” kata Pak Andang yang memegangi tangannya sambil membelai payudaranya “Mungkin si Neng aja yang mem*knya kekecilan kali !” sahut Mang Nurdin cengengesan. “Aaaaahhh… ” jeritnya saat Yono menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu. Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Indah. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dengan mulutnya yang lebar menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus. Pak Andang menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Indah tidak luput dari jilatannya. Indah mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.
Sebentar saja Indah sudah mencapai klimaks, badannya menegang dan menekuk ke atas, desahannya makin hebat. Namun Yono masih belum keluar, dia menaikkan kedua betis Indah ke bahunya dan memacu tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak. Akhirnya dia menggeram dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Indah, cairan itu nampak menetes dari daerah itu bercampur dengan cairan kewanitaannya. Indah hanya sempat beristirahat kurang dari lima menit sebelum giliran Pak Andang mencicipi vaginanya. Mula-mula dia meminta Indah membasahi penisnya dulu, setelah dikulum sebentar, dia menindih Indah sambil memasukkan penisnya, pinggulnya mulai bergerak naik-turun diatas tubuhnya, Indah yang gairahnya mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama goyangannya. Pak Andang melumat bibir mungil Indah yang mengap-mengap itu meredam desahannya. Waktu itu aku sudah keluar sekali, kuambil tissue mengelap tanganku yang basah. Yono mengambil aqua gelas yang kusiapkan dan meminumnya, dia duduk di sofa sebelahku. “Gimana Mang, sip ga ?” “Enak banget Bos, Mamang ga pernah mimpi bisa dapet kesempatan ini, sering-sering bikin yang kaya gini ya!” komentarnya dengan antusias “Tenang Mang, jangan boros tenaga dulu, ntar masih ada satu lagi loh !” nasehatku, kemudian aku menjelaskan apa yang harus dilakukan pada Sandra kalau dia datang nanti.
Pak Andang tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga Indah kini diatasnya. Dia lalu menegakkan badan sambil terus menaik-turunkan pinggulnya diatas penis yang mengacung bagai pasak itu. Terkadang dia memutar-mutar pinggulnya sehingga penis itu mengaduk-aduk vaginanya. Matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya seperti embun, juga menetes-netes dari mukanya. Mang Nurdin berdiri di sebelahnya lalu mendekatkan penisnya yang masih keras ke mulutnya. Indah mulai menjilatinya dimulai dari kepalanya yang disunat hingga seluruh permukaan batang itu, buah zakarnya yang besar dia emut beberapa saat. “Uuuhh… ayo Neng, enak gitu… mmm !” desah Mang Nurdin Semakin hanyut dalam lautan birahi, Indah tidak malu-malu lagi mengemut penis itu sambil mengocoknya dengan satu tangan. Payudaranya bergoyang-goyang naik-turun seirama gerak tubuhnya, dengan gemas Pak Andang menjulurkan kedua tangannya mencaplok gunung kembar itu serta meremasnya.
Saat itu Endang baru saja selesai dengan Ivana, setelah menyemprot perut Ivana dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Indah, sementara itu Yono mulai mencicipi Ivana. Endang duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yang sedang menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Indah mengejang dan mendesah tertahan di tengah aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dengan mulutnya. “Ooohh… isep Neng… iseepp !!” tiba-tiba Mang Nurdin mendesah panjang dan makin menekan kepala Indah ke selangkangannya. Spermanya menyembur di dalam mulut Indah, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Indah tidak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya. Mang Nurdin beranjak pergi meninggalkan Indah setelah di cleaning service, diambilnya segelas aqua dari meja untuk diminum.
Tiba-tiba goyangan Indah makin gencar lalu berhenti dengan tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk Indah. Tubuh Indah melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan pemiliknya. Tubuh Indah kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas. “Ooohh… …oooh… aakkhh !” gairah Indah mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yang sudah di ambang klimaks.Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dalam vagina Indah akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Indah dengan nafas terengah-engah.
Setelah ditinggalkan Pak Andang, Indah cuma melayani Endang saja, namun pemuda ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit. Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Indah sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan melihatnya, maka aku menghampirinya dengan membawa air dan tissue. Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pada lenganku, dengan tissue kuseka keringat di dahinya, minuman yang kuberikan langsung diteguknya habis. “Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan lu!” saranku Namun dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma perlu … istirahat sedikit, dia juga bilang rasanya seperti diperkosa massal saja barusan itu. Waktu itu Yanto menghampiri kami bermaksud menikmati Indah, tapi kusuruh dia bersabar karena kondisinya belum fit.
Karena tubuh Indah yang sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya. Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya dengan dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan tanganku, sehingga aku harus cuci tangan. “Dah mandi dulu yang bersih, supaya nanti siap action !” kataku Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar, waw… gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang itu, dia sudah tidak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas karpet, the hottest gangbang i’ve ever seen ! Untuk lebih lengkapnya lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal.
Ivana, Endang dan Yanto duduk mengapit Ivana masing-masing di kanan dan kirinya. Ivana terlihat tegang sekali beberapa kali dia memanggil-manggil namaku. “Kenapa Na, kok sekarang tegang gitu katanya mau ngebalas pacarlu itu!” kataku “Oh, jadi Neng udah punya pacar yah !” kata Yanto “Ngga, baru putus kok” jawabnya malu-malu “Putusnya kenapa Neng ?” tanya Endang Ivana cuma menggeleng tanpa menjawabnya. “Udah ah lu, kalau ga mau dijawab jangan maksa !” kata Yanto pada rekannya “Eh, Neng sama pacar yang dulu pernah ngent*tan ga ?” tanya Endang cengengesan Rona merah jelas sekali pada wajah Ivana yang putih mulus, dia hanya mengangguk pelan sebagai jawabnya sambil tersenyum malu-malu.
“Kalo gitu pernah diginiin dong Neng hehehe !” Yanto tertawa-tawa meremas buah dada Ivana. “Diginiin juga pernah !” Endang meraih selangkangannya dan meremasnya dari luar. Ivana menjerit kecil sambil tertawa geli karena kejahilan tangan mereka. Yanto makin gemas memijati payudaranya, si Endang sengaja meniupkan udara ke kupingnya untuk memambangkitkan birahinya perlahan-lahan sambil tangannya membantu Yanto meremas payudara yang satunya. Ivana hanya diam menikmatinya dengan mata terpejam. Keduanya mulai menyingkap kaosnya, Ivana sepertinya menurut saja, dia mengangkat lengannya membiarkan kaos itu dilolosi. Dia tinggal memakai bra warna krem dan celana panjang selututnya. “Ini dibuka aja ya Neng” pinta Endang Ivana mengangguk, maka Endang pun dengan cekatan membuka bra-nya sehingga dia telanjang dada. Endang langsung melumat yang kanan dengan rakus. “Pentilnya bagus ya Neng, kecil, merah lagi” komentar Yanto sambil memilin-milin putingnya
Yanto menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Ivana yang terikat ke belakang memudahkannya menyerang daerah itu. Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Yanto menghentikan kegiatannya dan memanggil Endang yang lagi asyik nyusu dengan mencolek kepalanya. “Eh, Dang, kita taruhan yu, yang menang boleh ngent*t si Neng duluan !” tantangnya “Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja” “Coba tebak, si Neng ini jembutan ga ?” tanyanya dengan nyengir lebar Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku juga jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan pacarku ini dikerjai orang lain. “Hmmm… ada ga Neng ?” tanya Endang sambil menatapi selangkangan Ivana “Eee… nanya lagi, orang disuruh tebak !” omel Yanto menyentil kepalanya Ivana senyum mesem dan menjawab tidak tahu menjawab si Endang.
“Ada aja deh !” tebak si Endang “Yuk kita tes, bener ga !” kata Yanto dengan menyusupkan tangannya ke balik celana Ivana “Eemmhhh… ” desis Ivana saat merasakan tangan Yanto merabai kemaluannya “Weleh… sialan, bener juga lu Dang !” gerutunya karena ternyata kemaluan Ivana memangnya berbulu, lebat lagi. Endang tersenyum penuh kemenangan karena dapat giliran pertama merasakan tubuh Ivana. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya. Tangan Yanto tetap didalam celananya mengobok-obok kemaluannya sejak mengetes tadi. Endang mulai membuka sabuk yang dikenakan Ivana dan menurunkan resletingnya, sebelumnya dia menyuruh Yanto menyingkirkan tangannya dulu. Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan tangannya dari sana. Endang turun dari sofa dan jongkok di lantai beralas permadani itu untuk menarik lepas celana Ivana. Tampak kemaluan Ivana dengan bulu-bulu yang tebal dari balik celana dalamnya yang semi transparan. Sesaat kemudian pakaian terakhir dari tubuhnya itu dilepaskannya pula. Jadilah Ivana telanjang bulat terduduk separuh berbaring di sofa.
Keduanya tertegun melihat tubuh putih mulus dan terawat di hadapan mereka. Si Endang masih berjongkok di antara kedua paha Ivana, tentu dia bisa melihat jelas selangkangan berambut lebat yang tampak menggunung dalam posisi demikian. “Duh, cantik banget sih Neng ini, bikin saya ga tahan aja !” kata Yanto sambil mendekap tubuhnya. Bibirnya mencium pipi Ivana, lalu lidahnya keluar menjilati pipi dan hidungnya, menikmati betapa licin dan mulusnya wajah mantan pacarku itu, belakangan bibirnya dilumat dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, selalu berpindah-pindah mengelusi punggungnya atau meremas payudaranya. Wajah Endang makin mendekati vagina Ivana sambil kedua tangannya mengelusi paha mulus itu. Tubuh Ivana bergetar ketika jemari Endang mulai menyentuh bibir kemaluannya, pasti dia bisa merasakan nafas Endang menghembus bagian itu. Perlahan-lahan Endang membuka kedua bibir bawah itu dengan jarinya. Erangan tertahan terdengar dari mulut Ivana yang sedang dilumat Yanto, keringatnya mulai bercucuran. “Wah… asyik, saya baru pernah liat mem*knya amoy, dalemnya merah muda, seger euy !” komentar Endang mengamati vagina itu.
“Yanto, mau liat ga nih, bagus banget loh !” sahut Endang padanya “Hmmm… iya bagus ya, kamu aja dulu Dang, saya mau netek dulu !” kata Yanto sambil mencucukkan sejenak jari . tengah dan telunjuk ke vaginanya, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu. Yanto mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain. “Hhhnngghh… Mang, oohh !” Ivana mendesah menggigit bibir sambil memeluk erat kepala Yanto. Ivana makin menggelinjang saat wajah Endang makin mendekati selangkangannya dan “Aaaahh… !” desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, kedua pahanya mengapit kepala Endang. Pemuda itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dalam vaginanya, klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dengan desahan Indah yang saat itu baru ditusuk Yono.
“Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong kont*lnya ke Neng Ivana pasti dah ga sabar dia !” kataku pada Endang dan Yanto. Yanto nyengir lalu dia membuka kaos berkerah dan celananya hingga bugil, dia menggenggam penisnya yang tebal dan hitam itu memamerkannya pada Ivana “Nih, Neng kont*l Mamang gede ya, sama pacar Neng punya gede mana ?” tanyanya sambil menaruh tangan Ivana pada benda itu “Gede yah Mang… keras” jawab Ivana yang tangannya sudah mulai mengocoknya Ivana yang tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking terangsangnya, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitar, yang dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yang sudah membakar demikian hebat itu. Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Endang masih seperti kelaparan, belum berhenti menjilati vaginanya sementara Ivana sudah mengapir dan menggesek-gesekkan pahanya pada kepala Endang menahan birahinya yang meninggi.
“Cepetan dong, kan kamu harusnya nusuk duluan, kalo ngga mau saya tusuk juga nih !” kata Yanto yang tidak sabar ingin segera menyetubuhi Ivana. “Iya sabar atuh Pak, ini udah mau nih” kata Endang yang mulai menanggalkan pakaiannya “Yuk Neng, basahin dulu nih… isep !” dia sodorkan penisnya ke mulut Ivana sambil memegangi kuncirnya. Ivana agak ragu memasukkan penis Endang, mungkin agak jijik kali belum pernah merasakan yang sehitam itu. Namun Endang terus mendesaknya, apalagi dengan kepala dipegangi seperti itu, akhirnya dengan terpaksa Ivana membuka mulutnya membiarkan penis itu masuk. Sebentar kemudian Endang mengeluarkan penisnya, diangkatnya kaki Ivana ke sofa sehingga dia kini terbaring di sofa dengan kepala bersandar pada perut tambun Yanto. Endang memegang miliknya dan mengarahkannya ke vagina Ivana. Pelan-pelan mulai memasukinya, tubuh Ivana menekuk ke atas.

Pesta Dengan Anak Buah Part 4


“Aaakkhh… !” demikian keluar dari mulutnya hingga penis Endang mentok ke dalam vaginanya. Endang pun mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan kemudian makin lama makin cepat. Endang melakukannya dalam posisi satu kaki naik sofa dan kaki lainnya berdiri menginjak lantai, kedia tangannya memegangi betis Ivana. “Ah-ah-ah… …uuhh… !!” desah Ivana dengan mata terpejam “Enak ya Neng ?” kata Yanto dekat telinganya Sejak Endang menggenjot Ivana, Yanto terus saja menyangga tubuhnya sambil menghujani leher, telinga, dan payudaranya dengan ciuman dan jilatan. Kini dia sedang mengulum daun telinga Ivana dan tangannya meremas kedua payudaranya. Tentu puting Ivana sudah sangat keras karena daritadi dimain-mainkan. Ivana sendiri tangannya menggenggam penis Yanto, dia mengocok-ngocok penis itu karena hornynya. Kedua kakinya menjepit pinggang Endang, seolah minta disodok lebih dalam lagi.
Tanpa mencabut penisnya, Endang memiringkan tubuh Ivana sehingga posisinya berbaring menyamping, satu kakinya dinaikkan ke bahunya. Wow… seru sekali melihat paha Endang bergesekan dengan paha mulus Ivana dan penisnya keluar masuk dari samping. Yanto menempelkan penisnya ke wajah dan bibir Ivana, memintanya melakukan oral seks. Ivana masih sangat risih memasukkan benda itu dalam mulutnya, hanya berani mengocoknya dengan tangan, sepertinya dia masih merasa tidak nyaman dengan penis Endang di mulutnya tadi, belakangan dia bilang ke aku bahwa dia memang tidak terbiasa dengan penis hitam dan berbau tidak enak seperti itu, dan dia juga tidak suka dengan cara mereka yang suka maksa tidak tau diri, makannya dia tidak pernah mau ngeseks dengan orang-orang kaya gitu, cukup kali ini saja, pertama dan terakhir demikian tegasnya. “Jilatin dong Neng, jangan cuma main tangan aja !” pinta Yanto tidak sabar merasakan mulutnya “Ngga Mang… jijik… ga mau… ahh !” gelengnya dengan sedikit mendesah. “Lho, gimana sih si Neng ini, tadi kan dia dikasih, masa saya ngga ?”
“Ayo dong Neng, sebentar aja kok !” Yanto terus mendesak dengan menekan kepalanya dengan tangan kanannya ke penis yang dipegang dengan tangan kirinya. Penis itu pun akhirnya memasuki mulut Ivana, karena mulutnya mengap-mengap mendesah, kesempatan itulah yang dipakai Yanto menjejalkan penisnya. Sesudah penisnya dimulut, Yanto memaju-mundurkan kepalanya dengan menjambak kuncirnya. “Emmhh… eehmm… Mang… saya… mmm !” Ivana berusaha protes tapi malah tersendat-sendat karena terus dijejali penis. “Mmmm… gitu dong Neng baru namanya anak manis, udah lama Mamang ga diginiin uuh !” Yanto melenguh dan merem-melek keenakan dioral Ivana. Kalau saja ada orang berani berbuat seperti itu padanya setengah tahun lalu, pasti sudah kuhajar sampai masuk ICU, tapi sekarang berbeda, aku malah terangsang melihat bekas pacarku ini diperlakukan demikian sehingga aku makin cepat mengocok penisku, apalagi waktu itu Indah juga sedang main kuda-kudaan diatas penis Pak Andang sambil mengoral penis Mang Nurdin dengan bernafsu.
Akhirnya Ivana orgasme duluan, badannya berkelejotan dan mulutnya terdengar erangan tertahan. Yanto rupanya cukup pengertian, dia melepaskan dulu penisnya membiarkan Ivana menikmati orgasmenya secara utuh. Badannya menegang beberapa saat lamanya, Yanto menambah rangsangannya dengan meremasi payudaranya. Endang pun menyusul sekitar tiga menit kemudian, sodokannya makin dahsyat sampai akhirnya dia melepaskan penisnya dan menumpahkan cairan putih di perut yang rata itu. Sambil orgasme dia memegang erat-erat lengan kokoh Yanto yang mendekapnya hingga tubuhnya …
lemas dan terbaring dalam dekapan pria tambun itu. Si Endang cuma duduk sebentar, minum dan menyeka keringat, lalu dia langsung beralih ke Indah seperti yang telah kuceritakan di atas, posisinya segera digantikan Yono yang baru recovery setelah istirahat. Yanto memberikan minum pada Ivana mengambilkan tissue mengelap keringatnya. “Euleuh… si Endang teh gimana, buang peju sembarangan aja !” gerutu Yono yang baru tiba melihat ceceran sperma di perut Ivana. Yanto sambil tertawa meneteskan sedikit air dan mengelap ceceran sperma itu sampai bersih, Ivana juga ikut tertawa kecil. “Udah, gampang Mang, dibersihin aja kan beres !” hiburku padanya
Yono langsung mencumbui payudara Ivana yang masih didekap Yanto, mulutnya berpindah-pindah antara payudara kiri dan kanan. “Ooohh… oohhh !!” desahnya ketika merasakan putingnya digigit dan ditarik-tarik dengan mulut oleh Yono. Tangan satunya di bawah sedang meremasi bongkah pantatnya yang kenyal, diremasnya berulang kali sekaligus mengelusi paha mulusnya. Dari pantat tangannya merayap ke kemaluan, tubuh Ivana bergetar merasakan kenakalan jari Yono yang mengusap-usap klitoris dan bibir kemaluannya. Di belakangnya, Yanto sangat getol mencupangi leher, tenguk dan bahunya. “Hehehe… liat nih udah basah gini !” sahut Yono mengeluarkan jarinya dari vagina Ivana “Emm… enak pisan !” dijilatinya cairan yang blepotan di jari itu Kemudian Yanto menarik pinggang Ivana, mendudukkannya di pangkuannya dengan membelakanginya, satu tangannya meraih vaginanya dan membuka bibirnya
“Masukin Neng, pelan-pelan !” suruhnya Ivana tanpa malu-malu memegang penis itu dan mengarahkan ke vaginanya, lalu dia menekan badannya ke bawah sehingga penis itu terbenam dalam vaginanya. Namun kerena besar penis itu baru masuk kepalanya saja, itu sudah membuat Ivana merintih-rintih dan meringis menahan nyeri. “Duh… sakit nih Mang, udah ya !” rintihnya “Wah, kagok dong Neng kalo gini mah, ayo dong dikit-dikit pasti bisa kok !” kata Yanto “Nanti juga enak kok Neng, sakitnya bentar aja !” timpal Yono Beberapa kali Yanto menekan tubuh Ivana juga menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk juga penis itu ke vaginanya, mata Ivana sampai berair menahan sakit. Yanto mulai menggoyangkan tubuhnya “Arrgghh… uuhhh… sempit amat… enak !” gumam Yanto di tengah kenikmatan penisnya dipijat vagina Ivana. Sementara Yono meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan hup… mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Ivana, dia hanya pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba menikmatinya lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu dengan lidah lawannya.
Limabelas menit lamanya batang Yanto yang perkasa menembus vagina Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Yanto dan sofa di bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan). Ivana memeluk erat-erat kepala Yono yang sedang mengenyot payudaranya. Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan Ivana, rupanya Yanto juga telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak olehku ketika Yanto melepas penisnya, dari vagina Ivana menetes cairan sperma yang telah bercampur cairan cintanya. Waktu beristirahat baginya cuma sebentar karena Yono langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan. Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana menggelinjang setiap kali dia menghentakkan tubuhnya. Saat itu Mang Nurdin dan Pak Andang mendekati keduanya untuk menonton lebih dekat adegan panas itu. Mereka menyoraki temannya yang sedang berpacu diatas tubuh mantan pacarku itu seperti menonton pertandingan olahraga saja.
Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan karena sedang mengantar Indah ke kamar mandi, maka adegan yang hilang ini kuceritakan berdasarkan penuturan Mang Nurdin yang kuanggap paling akurat. Dari sofa, Yono menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan terus menyodoknya. Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut payudara yang menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi payudara Ivana. Endang dan Yanto yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Ivana. Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang meremas payudaranya, ada yang memelintir putingnya, beberapa diantaranya sedang dikocok penisnya oleh Ivana. Ikat rambutnya sudah terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah yang kulihat ketika keluar dari kamar mandi.
Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika sperma mereka muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya. Namun aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan penis-penis mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dalam mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya ketika kulihat air matanya mulai menetes. Aku tahu semasa pacaran denganku dulu dia memang tidak terlalu suka oral seks dan menelan sperma, jijik katanya, apalagi sekarang dengan yang hitam-hitam gitu, tentu saja aku tidak tega melihatnya dipaksa-paksa sampai menangis. “Udah-udah Mang, cukup… jangan diterusin lagi, nangis nih dia !” kataku membubarkan mereka Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap sperma yang membasahi mukanya. Dia memelukku dan menangis sesegukan, aku balas memeluknya dan menenangkannya, tidak peduli lagi dengan tubuhnya yang masih lengket-lengket. “Duh… maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga taunya nangis beneran !” kata Yono “Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut kont*l, kita juga ga maksa, tadi Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita juga tambah nafsu” tambah Yanto
“Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah !” hiburku mengelus-elus rambutnya “Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral” katanya setelah lebih tenang sambil membersihkan air mata. Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal trauma atau shock. Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Aku dan para buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Sandra. Aku ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan apa yang harus dilakukan untuk menghukum Sandra yang terlambat nanti. Sandra memang bukan type yang malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap harus memperingatkan mereka agar tidak bertindak kelewatan, aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku. “Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ?” terdengar suara Indah bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dengan handuk kuning terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah “Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit… ya gitulah !” jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku.
Mang Nurdin mengajak Indah duduk disebelahnya saja, tapi Indah menolaknya “Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra !” tolaknya Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Sandra, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku. Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman baginya. Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam). “Hai, sori yah telat” katanya begitu pintu terbuka “gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah” “Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk !” ajakku “Ngapain aja seharian tadi ?” “Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak kalo gua pulang dulu, sori banget” Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Indah, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG. Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans.
Sandra “Hi, baru lembur nih !” sapanya pada Indah Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget “Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !” “Aww… aduh, ngapain sih sakit tau !” rintihnya Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ini psikopat atau apa, dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, karena dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya.Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku
“Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kont*l, kalo lu mau kont*l gua kasih lu lima sekaligus !” makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu. “Heeaaa… sikat !” seru mereka sambil menyerbunya “Win… sialan lu, gila !!” jeritnya “Huehehehe… tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis !” aku menyeringai padanya Sandra meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka. Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.

Pesta Dengan Anak Buah Part 5

The Help

Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai. Yanto meremasi payudaranya yang masih terbungkus pakaian “Waw… teteknya gede nih, asyik !” komentarnya Yono dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir celana dalam itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yang bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan menggenggamkannya pada penisnya. “Kocok Neng, kocokin yang saya !” suruhnya “Erwin… mhhpphh… Win… gua… mmm !” desahnya di tengah cecaran bibir Yanto yang akhirnya melumat bibirnya.
Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Indah. “Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin tiko!” katanya sambil mencubit pahaku “Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo !” sambil memencet payudaranya. “Buka ah handuknya ngehalangin aja !” kutarik lepas handuk yang melilit badannya “Lu juga dong buka, biar adil !” balasnya sambil melepasi pakaianku “Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih !” suruhku Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan, seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya.
Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang dengan sukarela, juga ketika Yanto menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis … itu. “Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya !” kata salah seorang dari mereka “Iya bugilin, bugilin, ewe… ewe !!” timpal yang lain Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yang indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip. “Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi !” komentar seseorang “Wih, teteknya… jadi ga tahan pengen netek eemmm… !” sahut Mang Nurdin yang langsung melahap payudara kanannya
“Sebelah sini juga bagus” sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah pahanya. Bersama Yono dia memandangi daerah kemaluan Sandra yang berbulu lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Yanto menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru selesai mandi, dia menjatuhkan pantatnya di sebelahku, seperti Indah tadi dia juga memakai handuk melilit badannya, rambutnya masih agak basah. “Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu !” kataku menarik lepas handuknya Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit payudara dan lehernya yang putih, kurangkul tubuhnya yang mulus itu di sisi kiriku. Indah tidak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana, dia terus saja menjilat penisku dengan gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya
“Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu !” kata Ivana “Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin gitu, dah biasa” jawabku santai “Ooo… ga kaya gua yah !” sehabis berkata dia langsung menyambar putingku dan menggigitnya “Adawww… !!” jeritku refleks menepis kepalanya. “Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti” kataku mengelus-elus putingku yang nyut-nyutan digigitnya. Dia malah tertawa melihatku begitu, si Indah juga ikutan ketawa. “Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah kaya disembelih hihihi !” Indah mengejekku “Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila” gerutuku. “Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah !” kutekan kepalanya ke bawah “Sini lo !” kusambar tubuh Ivana yang masih cekikikan ke pelukanku Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas sehingga dia mendesah-desah kenikmatan.
Bukan cuma menjilat, Yono juga memasukkan jarinya ke liang vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Yono menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya. “Aaakkhh !” erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Yono masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat. Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Sandra seirama dengan ayunan pinggul Yono. Desahan itu sesekali teredam bila ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya. “Hehehe… liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya !” sahut Yanto memperhatikan payudara yang ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak “Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya !” kata Endang yang lagi keenakan penisnya diemut Sandra. “Uuuhh… uuhh… iyahh !” jerit klimaks Yono, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam sana.
Posisi Yono segera digantikan oleh Pak Andang, dia melakukannya dalam posisi sama dengan rekannya tadi sambil tangannya menggerayangi pahanya dengan liar. Sementara Endang mengerang lebih panjang, wajahnya mendongak ke atas dan meringis. Rupanya dia telah orgasme dan spermanya ditumpahkan ke mulut Sandra, dia menyedotnya, namun sebagian meleleh keluar bibirnya, dikeluarkannya sebentar untuk dikocok dan diperas, maka sperma itu pun nyiprat ke wajahnya. Kemudian dijilatnya lagi penis Endang yang mulai menyusut membersihkannya dari sisa-sisa sperma. Tugas Sandra menjadi sedikit lebih ringan setelah dua orang yang telah dibuatnya orgasme menyingkir, keduanya kini terduduk di pinggirnya, memulihkan tenaga sambil sesekali megang-megang tubuhnya. Tubuh Sandra menggelinjang merasakan sensasi yang selama ini belum dia rasakan, tangannya yang menggenggam penis Yanto nampak semakin gencar mengocoknya sehingga pemiliknya melenguh keenakan. “Aahhh… emm… gitu Neng, enak… oohhh !” sambil tangannya meremasi payudaranya. Mang Nurdin yang tadi menyusu sekarang mulai menciumi perut Sandra yang rata, tangan kirinya memainkan putingnya, tangan kanannya mengelus pantatnya.
Saat itu aku sedang menikmati penisku dipijati oleh cengkraman vagina Ivana yang duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangi. Aku membiarkannya mengendarai penisku sementara aku menikmati Sandra digangbang, menonton sambil melakukan, suatu kenikmatan seks yang sejati. Kudekatkan wajahku ke lehernya dan kuhirup aroma tubuhnya, hhmm… wangi, habis mandi sih, di lehernya masih membekas cupangan mereka, tapi aku tak peduli, kulit lehernya yang mulus kuemut dan kugigiti pelan membuatnya semakin mendesah kesetanan. Tangan kiriku mendekap Indah sambil memutar-mutar putingnya, tapi kemudian Indah bangkit dan berdiri di hadapan kami, dia dekatkan kemaluannya pada Ivana, tanpa disuruh Ivana menjilatinya. Indah mendesah menikmatinya, dipeganginya kepala Ivana, seolah meminta dia tidak melepaskannya. Aneh si Ivana ini, kalau diminta mengoral punya cowok susah, harus dibujuk-bujuk baru terpaksa diiyakan, tapi ini ke sesama jenisnya tanpa disuruh kok mau, mungkin sih akibat terlalu horny, tapi peduli amat ah, yang penting enjoy aja (emang iklan LA Light ?). Kuminta Indah menepi sedikit karena sempat menghalangi pandanganku terhadap Sandra. Ruang tamuku jadi dipenuhi oleh desah birahi yang sahut menyahut.
Sandra kembali orgasme oleh genjotan Yono, badannya lemas bercucuran keringat, namun … mereka terus menggumulinya. Gerakan Yono semakin cepat dan menggumam-gumam tak jelas, tapi sebelum spermanya keluar, dia mencabut penisnya dan langsung menaiki dadanya. “Misi, minggir dulu dong, tanggung nih, pengen ngent*t pake teteknya sebelum ngecret !” Segera dia jepitkan penisnya diantara dua gunung kembar itu lalu digesek-gesekkannya penisnya disana dengan lancar karena sudah licin oleh cairan cinta. Tak sampai tiga menit spermanya sudah muncrat, cipratannya berceceran di dada, leher, wajah dan sebagian rambut Sandra. Setelahnya dia menyuruh Sandra menjilati penisnya hingga bersih mengkilat. Dua orang lagi yang masih menggumulinya, Mang Nurdin dan Yanto, mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke kasur udara tempat Indah digarap. Mang Nurdin membalikkan tubuh Sandra hingga telungkup, pantatnya diangkat hingga menungging, dengan posisi ini dia memasukkan penisnya ke vagina Sandra dari belakang. Disodokkannya benda itu berkali-kali dengan keras, sehingga Sandra mengerang makin histeris.
Yanto tidak meneruskan aktivitasnya dengan Sandra, dia meninggalkannya berduaan dengan Mang Nurdin. Sementara dia sendiri menghampiri kami dan kedua tangan gemuknya melingkari perut Indah dari belakang, agaknya dia masih penasaran karena belum sempat menikmati Indah. Telapak tangannya bergerak ke atas membelai payudara Indah, sedangkan yang satunya ke bawah membelai kemaluannya, mulutnya mencupangi bahunya. Indah memejamkan mata menghayati setiap elusan tangan kasar itu pada bagian-bagian sensitifnya, desahan pelan keluar dari mulutnya. Tangannya lalu menarik wajah Indah ke belakang, begitu dia menoleh bibirnya langsung dipagut. Keduanya terlibat percumbuan yang panas, sedotan-sedotan kuat dan permainan lidah terlibat di dalamnya. Dengan terus berciuman tangan kanannya beraksi di kemaluan Indah, jari-jari itu menggosok-gosok belahan kemaluannya, kadang juga masuk dan berputar-putar di dalamnya. Permainan jari Yanto yang lihai membuat tubuh Indah bergetar dan vaginanya melelehkan cairan. Sedangkan tangan kirinya meraba-raba bagian tubuh lainnya, lengan, dada, perut, paha, pantat, dll. Setelah mencumbunya selama beberapa menit, lidah Yanto kini menjilati lehernya dan menggelikitik telinganya.
Di pihakku, Ivana menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih kencang, diantara desahannya terdengar kata-kata tak jelas, tanganku juga diraih dan diremaskan ke payudaranya, gelagat ini menunjukkan dia sudah di ambang orgasme. “Aaahh… Win, dikit lagi nih… enak !” erangnya sambil meremas tanganku. Akupun merasa mau keluar juga saat itu, maka kupacu juga pinggulku sampai sofanya ikut goyang, penisku menusuk makin keras dan dalam padanya. Penisku serasa diperas oleh jepitan vaginanya, himpitannya makin lama makin kencang saja. Akhirnya cairan nikmat itu keluar dibarengi desahan yang panjang, aku pun mendapat orgasmeku lima detik setelahnya. Sperma bercampur lendirnya meleleh keluar dari sela-sela vaginanya membasahi selangkangan kami dan sofa di bawahnya. Kami saling berpelukan tersandar lemas di sofa, kubelai-belai lembut rambut dan wajahnya selama cooling down. “Goyangan lu tambah asyik nih say, bersihin dong pake mulut, boleh ya ?” pujiku sekaligus memintanya melakukan cleaning service. “Nggak mau, lu sendiri aja !” jawabnya sambil manyun “Ayo dong say, lu kan baik, please dikit aja, yah… !” mohonku lagi memencet putingnya
“Ok, tapi cuma bersihin aja yah, ga lebih” katanya sambil turun dari pangkuanku Dia berjongkok diantara kedua kakiku, dipegangnya penisku, kemudian mulai menjilati sisa-sisa cairan pada penisku hingga bersih. Di kasur sana, Mang Nurdin menyetubuhi Sandra dengan ganasnya dengan doggie style. Mata Sandra merem-melek dan mendesah tak karuan akibat sodokan-sodokan yang diberikan Mang Nurdin. Yono menghampiri mereka lalu duduk mekangkang di depan Sandra. Tangannya menjenggut rambut Sandra dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya, tentu saja benda sebesar dan berdiameter selebar itu tidak muat di mulut Sandra yang mungil. Susah payah Sandra berusaha menyesuaikan diri, pelan-pelan kepalanya mulai naik-turun mengisap benda itu. Desahan tertahan masih terdengar dari mulutnya, pada dinding pipinya kadang terlihat tonjolan dari penis Yono yang bergerak maju-mundur. Yono mengelus punggung dan dadanya sambil menikmati penisnya dikulum Sandra. Mang Nurdin hampir klimaks, genjotannya semakin cepat, tak lama kemudian dia mendesah panjang dengan mencengkram erat bongkahan pantatnya, spermanya menyemprot di dalam vaginanya, ketika dia cabut penisnya, nampak cairan kental itu masih menjuntai seperti benang laba-laba, sebagian meleleh di sekitar pangkal paha Sandra.
Melihat vagina Sandra nganggur, Yono menyuruhnya menghentikan kulumannya dan naik ke pangkuannya. Sandra yang klimaksnya tertunda karena Mang Nurdin sudah keluar duluan segera menaiki penis Yono. Sebelum mulai, pria kurus itu meminta tissue basah pada Endang untuk mengelap ceceran sperma di sekujur tubuh Sandra. Sandra menaik-turunkan pinggulnya dengan gencar di atas penis Yono, payudaranya pun ikut terayun-ayun seiring gerak badan. Pemandangan itu membuat Yono tidak tahan untuk tidak melumatnya, mulutnya menangkap payudara yang kanan dan mengenyot-ngeyotnya, sementara tangannya bergerilya menyusuri lekuk-lekuk tubuh yang indah itu. Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh Sandra yang sudah bekerja keras melayani lima pria sekaligus, rambutnya sudah acak-acakan, namun itulah yang menambah pesonanya. Desahan nikmat Sandra memacu Yono untuk terus melahap dada, leher, dan ketiaknya.
Setelah puas melakukan foreplay bersama Indah, Yanto menyuruhnya nungging, masih dalam posisi berdiri, Indah mencondongkan badan ke depan dengan tangan bertumpu pada kepala sofa. Indah yang sudah horny berat itu pun tanpa sungkan-sungkan mengulurkan tangan ke belakang membuka bibir vaginanya, gatel minta ditusuk. Yono mengerti bahasa tubuh Indah, dia pun segera melesakkan penisnya masuk ke lubang itu. “Aarrghh… enak Mang, terus… terus !” jerit Indah Adegan ini berlangsung tepat di sebelahku sehingga aku dapat mengamati ekpresi wajah Indah yang sedang menikmati sodokan penis Yono, dia merintih-rintih dan sesekali menggigit bibir bawah. dari belakangnya Yono menggerayangi tubuhnya sambil terus menggenjotinya, payudaranya tampak berayun-ayun menggoda..
itulah pengalaman seksku bersama anak buahku yang mengesankan..

Kisah Ngentot Dengan Pacarku

Kisah ini mengisahkan bagaimana Kisah pengalaman seks hot dengan pacarku yang perkasa, suatu kisah seks yang menceritakan tentang pengalaman seorang gadis yang memiliki pacar perkasa yang punya gairah seks tinggi dan kuat. bagaimana kisahnya? Yuk kita ikuti cerita dewasa, pacarku perkasa berikut ini. Ketika sang malam melengkapi perhiasan jubah langit dengan permata bintang-bintang, di lembah itu aku duduk sambil memandang tahta awan-gemawan yang berwarna keperakkan karena cahaya bulan malam itu. Dan ketika bunga mawar dari dalam kandungan hutan ngarai menjelma menjadi seorang pemuda tampan nan kesatria yang di lahirkan oleh tangan bidadari, kemudian pemuda itu menghampiriku seraya menggenggam tanganku dan menatap mataku, angin pun membawa gelombang kemesraan kami berdua ke segenap penjuru dunia.
Mata sayunya menatap dalam ke arah mataku, seakan-akan ingin memporak-porandakan perasaanku, dan menegaskan kata cinta di dalam setiap ruang gerak kehidupanku. Ketika mulutnya bergerak dan mengeluarkan kata, aku seperti merasakan adanya irama sebuah kata yang masuk ke telingaku, bagaikan alunan dawai-dawai gitar para dewa-dewa.
“Cintaku bagai piramidamu dan abad pun tak mampu menghancurkannya, dan cintaku bagai bunga anggrek hingga cuaca pun tak bisa menaklukkannya, aku mengagumi daya tarik misterimu,” lirih dan tegas kata-kata itu ia ucapkan sambil merekatkan bibirnya ke bibirku.
Mendengar semua itu aku hanya diam, tapi jauh di dalam hatiku tumbuh sebuah pengharapan semoga tidak akan ada sesuatu pun juga yang akan menimpa pacar hatiku ini. Sambil merasakan kecupannya, dan ketika bibirnya telah bersatu dengan bibirku, aku merasakan kehangatan nafas serta kesegarannya membawaku ke rasa anggur keindahan yang baru saja dipanen dan diperas sarinya oleh pemuda-pemuda Prancis di pertengahan bulan April.
“Betapa murah hati seni persahabatanmu..,” hampir tidak terdengar kata itu kuucapkan.
Aku pun menarik nafas dalam, seakan-akan tarikannya ingin membawa pemuda itu masuk ke dalam jiwaku. Dan kududukkan ia di singgasana hatiku, agar ia dengan bijaksana dan penuh kearifan menjalankan roda perasaanku. Dan pemuda itu pun hanya tersenyum manis nan menawan, semanis buah arbei di selatan kota Athena.

“Betapa berlimpahnya cintamu dan betapa manis harapan keagunganmu akan diriku, dan belaianku di dadamu ini sebagai tanda kemuliaan, keperkasaan dan keberanianmu..,” sambil kusentuh lembut dada bidang pemuda pujaan hatiku ini. Pemuda itu pun membiarkan saja tubuh sempurnanya dikuasai oleh tangan cintaku, hingga hembusan nafas birahi pemuda itu membahana ke penjuru malam.
Dan ketika pemuda pujaan hatiku ini mulai tergerak rasa perlawanan api asmaranya, dan ketika tangan-tangan kekar pemuda itu mulai membalut tubuh dinginku, aku pun memasrahkan diriku dalam pelukan pemuda itu, hingga pemuda itu tidak dapat lagi melawan hawa nafsunya sendiri. Dengan hausnya ia meminta air asmaraku, melumat bibirku, mendekapku, meraba dan membelai di setiap lekuk tubuhku. Tangan jantannya mulai mengobrak-abrik bagian terlarang tubuhku yang memang hanya diperuntukkan dan hanya boleh dinikmati oleh pemuda pujaan hatiku ini.
Dengan tiba-tiba pemuda itu melepaskan pelukannya, ia pun lalu berdiri tegak di hadapanku laksana kesatria yang gagah perkasa lagi pemberani. Dan tangan berototnya mulai melepaskan helaian benang-benang penutup tubuh sempurnanya, helaian itu pun jatuh satu persatu, bagaikan gugurnya dedaunan di awal musim gugur tahun lalu.
Kini pemuda itu berdiri polos di hadapanku, seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya hanya di persembahakan untuk kunikmati. Aku tidak kuasa menyembunyikan rasa pesonaku melihat pemuda tampan yang sangat diimpikan dan menjadi harapan para kaum gay. Dengan tubuh yang sempurna, berdada bidang dengan perhiasan bulu-bulu kecil daridada hingga ke bagian bawah pemuda itu, lengan kekar lagi berotot, rambut hitam kecoklatan lurus dan agak bergelombang, bermata sayu namun bagaikan menyimpan sebilah belati tajam dalam setiap tatapannya, memiliki kulit coklat yang menghiasi seluruh tubuh pemuda itu, dan kebesaran hawa nafsu yang ia miliki sangatlah sempurna begitu keras, padat, liat dan memiliki diameter yang sangat menakjubkan yang dapat membawa lawan pencintanya terkapar-kapar dalam permainan asmaragama yang begitu nikmat bahkan teramat nikmat, namun sangatlah jauh di dalam hatiku, aku merasa menjadi orang yang teristimewa pilihan para penghuni kayangan, karena hanya diriku lah yang dapat menjadi penghuni ruang hampa sukma pencinta pemuda itu, dan hanya aku lah yang yang dapat bersatu dalam jiwa pemuda pujaan hatiku ini.
“Ah.., kau memang sempurna..!” pujian itu kupersembahkan untuknya.
Lalu ia pun berkata, “Jika darahku mengalir sesuai kehendakmu, maka mengalirlah ia, jikalau kakiku melangkah selain di jalanmu, maka lumpuhkanlah ia, apapun keinginanmu atas jasmaniku ini, asal jiwaku gembira di padang rumput ini dan tentram dalam bayang-bayang sayapmu, aku ikhlaskan diriku malam ini untukmu hingga berakhirnya waktu bagi kehidupan umat manusia.”
Lalu ia pun merunduk dan menciumku, dan ciuman itu memperkenalkan aku pada desah agung, dan ciumannya bagaikan kecupan surga di bibirku, serta mengajariku bahwa bibir yang terpagut di dalam cinta, menyingkap rahasia langit yang tidak terungkap oleh lidah.
“Ciumlah aku, duhai pacar hatiku..!” lirihku.
Dengan perasaan cinta dan gairah, pemuda itu pun melumat bibirku, hingga membuat kobaran birahiku menjadi panas, ritmix gerak tubuh perkasanya menari-nari di atas tubuhku, nafas birahinya menghembus kencang menyapu dan menyentuh hamparan kulitku, laksana badai angin puyuh di padang havana, pelukannya kuat membelenggu jiwaku dalam rantai birahinya. Kupejamkanmataku sambil menikmati hidangan asmara birahi.
“Aku malam ini milikmu, dan esok lusa masih milikmu sampai matahari tak bersinar aku masih bersembunyi dalam rongga jiwamu.” kudesahkan janji itu di telinga kanannya sambil terus menikmati percintaanku dengan pemuda pacar hatiku ini.
Kata-kataku laksana cambuk, hingga ia makin memburu menciptakan senggama yang nikmat, yang hanya diperuntukkan buatku.
Tubuh kekar itu pun mulai liat, dan tangan jantannya erat mencengkram hasratku, pancaran pesona wajahnya mulai bersinar menyinari cinta, sungguh pemuda tampan, wajah berkarakter, dengan senyuman menawan di antara erangan kenikmatan, bahkan pemuda itu makin terlihat gagah perkasa, ketika otot-otot tubuhnya mulai mengencang pada saat ia mulai mencapai puncak kenikmatan surgawi yang kami rengkuh berdua pada malam ini. Bersamaan dengan pencapaian puncak kenikmatan, pemuda itu pun mendekapku erat, namun penuh dengan hasrat cinta kasih, hingga dari dalam dekapan pemuda itu, aku merasakan curahan air kesucian cinta telah menyiramijiwa yang gersang oleh panasnya badai penantian kedatangan pasangan jiwa.
Setelah lelah dari perjalan hasrat surgawi, kami pun mengistirahatkan diri dan rasa kami berdua dalam satu dekapan mesra, dan duduk di atas bukit laksana pengantin remaja, yang bertahtakan bintang gemintang, mengukir angan-angan di hadapan alam raya, sunyi menyelimuti seakan keagungan cinta telah melolosiku dari kepengecutanku dan membuatku mampu bergerak. Tiba-tiba suara lembut dan tegas tapi menyimpan wibawa kearifan yang tinggi, telah memecahkan kesunyian di antara kami berdua.
“Di hadapanmu, pacarku, kehidupan tempat aku menjadi besar dan indah, suatu kehidupan yang awalnya pertemuan denganmu yang memiliki keabadian seperti apa yang kuyakini, karena aku yakin jasmanimu mampu mengembalikan kekuatan yang telah dianugerahkan harum bunga mawar kepadaku.” lembut kata-kata itu menerobos masuk ke dalam jiwaku melalu daun telingaku, hingga tanpa sadar airmataku pun mengalir seakan ikut merasakan kebahagian hatiku.
Aku tidak tahu harus melakukan apa yang pantas untuk pemuda pacar hatiku ini, sesudah ucapan terimakasih atas segala rasa dan asa untuk menyatukan dua rasa dalam satu ikrar yang tidak bertuan.
Pemuda itu lalu meletakkan tangannya di wajahku, dan jari-jari kekarnya lembut mengusap air mataku.
“Sudahlah.., jangan menangis pacarku, karena sekarang kau telah menemukan aku, aku lah pacarmu, dan aku lah sahabat jiwamu.” pemuda itu menyebarkan biji-biji janji di ladang sukmaku.
“Pacarku… kemarilah..! Aku akan memelukmu hingga kau merasa damai, tenang serta aman.”
Pemuda itu pun merekatkan tubuhnya ke tubuhku, dan lengan berotot itu melingkar di antara tubuhku, hingga akhirnya aku sudah berada dalam pelukan pemuda perkasa lagi gagah pemberani laksana kesatria perang melawan keangkaramurkaan.
“Peluklah aku hingga aku tertidur duhai pacar jiwaku..!” kubisikkan kata-kata itu dengan penuh harap dari dalam pelukan sang pemuda pengantin jiwaku.
Dan pemuda itu pun makin merekatkan pelukannya seakan-akan enggan melepaskan diriku kembali dari dalam pelukannya. Sungguh benar-benar pelukan yang panjang dan suci dari dalam cinta yang suci pula, laksana kecintaan sang dewa-dewa pada keindahan dan keabadian.

Kisah Cyber Sex yang bikin Aku puas

Kisah pengalaman seks ini bakalan tersaji disini dengan apik. Nah kisah pengalaman seks terbaru tentang cyber seks ini akan aku coba hadirkan buat kamu semua. Met baca aja oke . Cerita seks ini khusus dewasa dan umurnya 17 tahun. atau abg. Aku memasuki kamarku dan langsung kukunci dari dalam, kulepas T Shirt tanpa lengan yang kupakai dan kulemparkan begitu saja di tempat tidur. Payudaraku yang ranum berwarna sedikit merah muda di puting dan sekitarnya tampak menggairahkan. Aku memang sejak kecil tidak suka memakai bra hingga kini aku jadi tidak memiliki BH barang satupun, hingga begitu T Shirt kutanggalkan maka payudaraku pun langsung mencuat, ukurannya memang sedang-sedang saja namun bentuknya padat dan menggairahkan hingga dapat membuat setiap lelaki menelan ludah bila memandangnya, apa lagi ditunjang postur tubuhku yang sexy dengan tinggi 170 centimeter, yang cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.
Kuperosotkan dan kulepas hot pantsku yang mini model longgar di bagian bawah, hingga tampak jelas CD model G String warna merah yang saat ini kupakai. Bentuknya sangat mini dengan seutas tali nylon yang melilit di pinggangku dan ada ikatan di kiri dan kanan pinggangku yang ramping. Bulu-bulu halus kemaluanku tampak menyibak keluar dari sela sela secarik kain model segi tiga kecil yang tipis ukurannya, tidak lebih dari ukuran dua jari hanya mampu menutupi lubang vaginaku. Bentuk G String yang kupakai memang sangat sexy dan aku sangat suka memakainya, ditambah seutas tali nylon yang melingkar melewati selangkanganku tepat mengikuti belahan pantatku ke atas bagian belakang dan tersambung dengan tali nylon yang melingkar di pinggangku.
Dengan sekali tarik ikatan di kanan kiri pinggangku, maka tak sehelai benang pun kini menutupi tubuhku, CD kubiarkan tergeletak di lantai. Sambil telanjang bulat aku berjalan menuju lemari mengambil sebuah celana pendek mini yang longgar di bagian bawahnya yang terbuat dari bahan sutera tipis tembus pandang dan ada celah di bagian kiri dan kanannya dan tanpa kancing, hanya menggunakan karet elastis saja. Segera kukenakan sambil menyalakan komputer dan mengakses internet. Celana ini memang enak sekali dipakai di rumah saat tidur, dan aku biasa tidur dalam keadaan seperti ini, tanpa busana lainnya menutupi tubuhku, hanya ada celana pendek seperti yang kukenakan saat ini. Namun tak jarang juga aku tidur tanpa berbusana sama sekali dan langsung menyusup ke dalam selimut.
Seperti biasa, email yang masuk ke mail box-ku sangat banyak. Kubuka satu persatu, bagi pengirim yang belum pernah mengirim email kepadaku langsung kujawab emailnya dan kucantumkan persyaratanku bila ingin berkenalan dan mengobrol lebih lanjut denganku, sedangkan bagi yang sudah pernah kujawab emailnya namun tidak memenuhi persyaratanku tetapi tetap ngotot berkirim email ingin berkenalan lebih lanjut dan ber email ria, langsung saja kuhapus emailnya dengan tanpa memberikan reply. Demikian pula bagi yang mengirimkan pesan dengan menggunakan nomor HP-nya melalui SMS langsung saja kuhapus tanpa perlu membukanya terlebih dahulu. Aku malas membukanya karena membuang-buang waktu dan biaya, toh aku juga tidak bisa membalas pesannya kecuali dengan juga menggunakan SMS, untuk apa aku harus bersusah payah membuang-buang pulsa segala, pikirku.
Setelah selesai membuka dan membalas semua email yang masuk, kuputus akses dengan internet, namun komputerku tetap kunyalakan karena rencananya nanti selesai mandi aku akan mengaksesnya lagi, karena biasanya akan banyak lagi email yang masuk.
Kulepas celana yang kupakai dan aku memasuki kamar mandi yang ada dalam kamarku. Kunyalakan air hangat mengisi bathtub kamar mandiku. Sore ini aku ingin berendam sejenak sambil menghilangkan pegal-pegal yang ada di tubuhku. Kutorehkan bath foam secukupnya dalam air hingga berbusa. Saat aku menunggu penuhnya air, tiba-tiba handphoneku berbunyi.
Kalau kudengar dari deringnya, aku yakin ini datangnya dari salah seorang pembacaku, karena memang bagi pembaca yang sudah memenuhi persyaratanku, nomor handphonenya segera kumasukkan memory dan kukumpulkan dalam satu nada dering khusus. Kuambil hand phoneku yang tergolek di atas meja computer, dari layarnya tampil namanya Panji (nama samaran).
“Yaa..! Halloo..!”, sapaku setelah menekan tombol Yes.
“Hallo..! Hai Rani..! Apa kabar..? Lagi ngapain nich?”, sahut Panji dari seberang.
“Aku sedang mau mandi nich! Emangnya kenapa dan ada apa menelepon? Entar aja deh kamu telepon aku lagi ya, aku sudah telanjang bulat nich, sudah siap-siap mau berendam”, belum selesai aku berkata, Panji langsung memotong pembicaraanku..
“Eee.. Eeh! Tunggu dulu dong! Biar saja kamu berendam sambil tetap ngobrol denganku”, pinta Panji.
“Baiklah”, jawabku menyetujui sambil meraih hands free kemudian aku masuk kembali ke kamar mandi.
Hand phone kuletakkan di meja wastafel dan kabel hands free menjulur ke arah telingaku, aku pun akhirnya berendam sambil mengobrol dengan Panji menggunakan hands free.
“Rani! Aku sekarang juga berjalan ke kamar mandi, sekarang di kamar mandi aku melepaskan celana dan CD-ku, kondisiku sekarang juga sudah bugil nich!”, Panji mencoba menjelaskan keadaannya saat itu padaku.
“Emangnya gue pikirin, lagian ngapain kamu ikutan bugil di sana?”, ujarku.
“Rani! Aku ingin melakukan onani sambil ngobrol denganmu, kamu tidak keberatan kan? Please! Sekarang penisku sudah selesai kubasahi dan kuoles dengan shampoo, sekarang mulai kuusap-usap sambil mengocok-ngocoknya, kamu juga cerita dong apa yang kamu kerjakan saat ini sambil memberiku rangsangan”, pinta Panji lagi dengan memelas.
Mendengar penuturan Panji tadi, terus terang aku sempat membayangkan sejenak dan sedikit mulai terangsang hingga tanpa kusadari aku juga sudah mulai meremas-remas payudaraku. Karena aku memakai hands free, maka aku tetap masih bisa mengobrol dengan kedua tanganku tetap bebas bisa beraktifitas. Kuceritakan pada Panji kalau saat ini aku sedang meremas-remas kedua payudaraku yang juga sudah mulai mengeras, puting susuku mendongak ke atas dan mulai kujilati sendiri bergantian kiri kanan, aku merasakan ada aliran yang mengalir keluar dari raning senggamaku, pertanda aku sudah mengalami rangsangan hebat.
Sementara tangan kiriku tetap meremas-remas payudaraku, tangan kananku mulai turun ke bawah meraba dadaku, mengelus-elus sendiri pusarku, ke bawah lagi ke arah vaginaku sambil mengangkat kedua buah kakiku dan meletakkannya ke samping bathtub hingga posisiku sekarang terkangkang lebar hingga memudahkan tangan kananku mengelus bagian luar vaginaku yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Jari-jariku turun sedikit mengusap-usap bibir vaginaku sambil menggesek-gesekkan klitorisku. Aku mulai melenguh menikmati fantasiku, gesekannya kubuat seirama mungkin sesuai dengan keinginanku. Tiba-tiba kudengar suara teriakan Panji dari seberang sana..
“Ooo.. Oocch! Rania..! Aku orgasme nich!”, suaranya makin lirih, rupanya di seberang sana Panji sudah berhasil mencapai puncaknya, gila! Dia sepertinya sangat menikmati penuturanku melalui telepon sambil terus melakukan aktifitasnya sendiri, mendengar suara itu aku menjadi semakin terangsang saja jadinya, jari tengah dan jari manis tangan kananku mulai kumasukkan ke dalam raning vaginaku yang sudah semakin berlendir, sementara jari telunjuk kupakai menggesek-gesek klitorisku. Rasanya benar-benar membuat darahku mengalir ke atas kepalaku. Pertama agak sulit masuk, namun lama-lama setelah melalui beberapa kali gesekan, bibir vaginaku pun semakin merekah sehingga memudahkan jari-jariku masuk menembus raning vaginaku.
Kumainkan jari-jariku di dalam vagina, kuputar-putar di dalam hingga menyentuh dinding-dinding bagian dalam vaginaku, rasanya tidak kalah dengan batang kemaluan yang pernah masuk dan bersarang dalam raning vaginaku, bahkan lebih hidup rasanya karena bisa kukontrol sesuai dengan keinginanku. Kugaruk-garukkan lembut pada dinding dalam vaginaku, ada kalanya kusentuhkan pada tonjolan sebesar ibu jari yang ada dan tersembul di dalam vaginaku, nikmat sekali rasanya.
Aku juga sepertinya akan segera mencapai puncak kenikmatan. Sekarang tiga jariku yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kananku kumasukkan seluruhnya ke dalam raning vaginaku, kutarik keluar masuk, kukocok-kocokkan makin cepat, sementara tangan kiriku juga mulai ikut aktif membantu, jari manis dan jari telunjuk tangan kiri kupakai menyibakkan bibir vaginaku, sementara jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku. Kocokan jari-jari tangan kananku semakin cepat. Aku terus melenguh.
“Ooh.. Oocch! Aa.. Aacch!”, badanku berguncang keras sehingga air dalam bathtub banyak yang tumpah keluar membasahi lantai kamar mandiku.
Badanku menggigil hebat, sekali lagi aku melenguh panjang, dan aku pun mencapai orgasme. Badanku kini lemas tersandar di punggung bathtub. Dari seberang sana kudengar suara Panji menanyakanku..
“Gimana Rani, enak enggak?”, Setan.., umpatku dalam hati, masa masih ditanya enak atau enggak?
“Rani..! Aku sekarang ke rumahmu ya? Kau kujemput dan kita check in terus melakukan hal yang sesungguhnya yuk”, ajak Panji.
Aku menolak dengan halus ajakan Panji. Setelah berbincang sejenak aku pamit untuk mematikan telepon dengan alasan akan melakukan sesuatu. Akhirnya dengan berat hati Panji pun bersedia mematikan teleponnya, entah berapa banyak pulsa sudah yang dia habiskan untuk melakukan sex by phone denganku sambil beronani.
Terus terang saja walau sudah agak sering kontak dengan Panji dan kami juga sudah dua kali bertatap muka, aku sedikit pun tidak berminat berhubungan badan dengannya. Tingginya sekitar 165 centimeter, lebih pendek sedikit dariku, badannya agak sedikit gendut, usianya 32 tahun, sudah beristri dan beranak tiga. Wajahnya menurut ukuranku juga tidak ganteng, jadi biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bagiku. Aku memang juga membutuhkan sarana menyalurkan libidoku namun tidak berarti aku bisa melakukannya dengan siapa saja.
Dalam permainan sex, aku benar-benar ingin menikmatinya, maka aku juga harus memilih pasangan yang benar-benar bisa menaikkan gairahku. Sudah berkali-kali Panji mengajakku make love (ML) tapi selalu kutolak dengan seribu satu macam alasan, namun aku tetap tidak mengutarakan alasan penolakanku, karena aku yakin dia akan langsung merasa malu dan tersinggung. Maka lewat tulisanku ini, buat seorang pembaca yang kuberi nama samaran Panji, aku mohon maaf dan aku harap kamu juga membaca tulisanku ini dan dapat mengerti.