Tuesday, August 16, 2011

Tante dewi yang malu malu


Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Dewi berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun. Akan tetapi tante Dewi yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tdewik memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Dewi datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Dewi adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Dewi di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Dewi mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Dewi curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Dewi marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Dewi sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Dewi katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Dewi menyuruh saya menjaga rumah.
Dari pada BT sendiri, mending nonrakaa BF aja di kamar, pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kurakaarakaa itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kurakaarakaa. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba
Raka.. apa yang kamu lakukan!! teriak sebuah suara yang aku kenal.
Ooooohh Tante?! aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Dewi yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Dewi yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Dewi yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Dewi hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
Eeeehhhh ppppffffff!!! badan tante Dewi seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tdewik pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas.
Raka.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu!!! Cepat lepas nanti kulaporkan kau ke om mu�� teriak tante Dewi dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah tante Dewi sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tdewik terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Dewi menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Dewi terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tdewik memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tdewik dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tdewik sebanding dengan tubuh tante Dewi yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tdewik ada lagi perlawanan dari tante Dewi, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tdewik ada perlawanan lagi dari tante Dewi, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tdewik ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Dewi, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan memperrakaarakaakan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Dewi yang padat berisi Raaaannn aaammmpuunn Toonnnnn iiii.. iiingaaattttt.. Raaaann..!!!
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
Iiiiiiiiii..ooohhhhhhh..aaaagggghh
hhhhh��..ssssshhhhhhh��..Raaaa kkaaann��! !!!! akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Dewi mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Dewi bergetar dengan
kuat dan��..
Aaaahhhhhh..Raaaa kkaaanjaaa..jaaa
angaaannn.Raaaannn��iiiingaaaatttt..Tooo nnn
oooohhhhhhh����aaaaaggggghhhaaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh!!!!!
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku.Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Dewi membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Dewi melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Dewi bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Dewi masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.
Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Dewi menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya
Oooohhhh.Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini��.?????
Eeeehhmmmmaafkan Raka tante.Raka lupa diri.abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Raka akan mencapai klimaks.salah tante sendiri
sihhh��.lagi pulatante amat cantik sihhh..!!!!!! sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Dewi sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..
Raaaannn..punya kamu gede amat yaaaa????. Punya Om mu nggak sampai
segede ini..!!
Aaahhhhh, tanteapa betull?????! memang penis ku panjangnya 20
cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi
sangat bernafsu begini.
Jemari lentik tante Dewi yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai
memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan
tante Dewi tak mau lepas dari situ.
Taaannnnn., kok diiiii..diidiamin aja, dikocok dong, Taannn. biar
enaaakkk.!!!!
Rakaa, Rakaa.. kamu keburu nafsu aja.aaaaggghhh.!!!, perlahan-lahan kedua
tanganku menekan bahu tante Dewi, sehingga tubuh tante Dewi berjongkok dan
sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua
tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Dewi mulai
menjilati kepala penisku dengan ldewihnya. Bergetar seluruh tubuhku
menerima rangsang dari mulut tante Dewi. Dijilatnya seluruh batang
kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang
terlewat dari sapuan ldewihnya.
Dikocoknya penisku ddewilam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.
Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Dewi. Kurasakan
dinding tenggorokan tante Dewi menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi
sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Dewi
mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin
mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.
Merasa aku akan keluar, tante Dewi semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Raka mo
keluar,��.aaauuugghhhh..taaannnn..!!!!!!!
Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu
menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar
tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.
Melihat itu, tante Dewi mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya
hingga bersih.
Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Dewi dan kudorong ke tempat tidur,
sehingga tante Dewi terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti
rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Dewi terlentang diatas
tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam
keadaan telanjang bulat. Tante Dewi hanya menatap ku dengan pandangan
yang sayu dan terlihat pasrah.
Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan
aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar
kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.
Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,
sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina
tante Dewi, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Dewi dan
ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan
diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala
penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Dewi.
Terasa lobang kemaluan tante Dewi sangat sempit mencengkeram batang
kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,
kutekan lagi dan tubuh tante Dewi menggeliat
Oooooohhhhhh Raaaa kkaaan bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe peeelaaan pee laaan Raaaa kkaaa ooooohhhhh..!!!!! tante Dewi merintih perlahan.
Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam terus terus. ooohhhhhh eeeenna aaak benaaarrrr terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Dewi yang menjepit rapat batang kemaluanku.
Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tdewik terlukisakan ini..
Taaaaannnnn��ooohhhhhh..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkktaannnnn.!!!!
Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Dewi memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.
Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku
terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam.. dalam.. terus��
terus.. daannnn.. .kemudian��ujung kepala penisku terasa mentok,
karena beberapa kali tubuh tante Dewi mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
memompa keluar masuk.
Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun
yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan
sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Dewi
terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh ddewilam
dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Dewi
bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku
dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.
Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Dewi dengan kuat menyedot
penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Dewi menjepit penisku. Kulihat wajah tante Dewi nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.
Aaaaaaddduuuuuhhhhh.Raaaa kkaaa.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaaToooonn taaannnnteeeeemaaa. Maaauuuukeee
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn!!!!!!!.
Dan.. Seeeeerrrr..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.
Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tdewik bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Dewi menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Dewi telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.
Tak kuhiraukan lagi suara tante Dewi yang menjerit-jerit kesakitan, yang
ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan
ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot
penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang
berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tdewik segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan
tante Dewi akhirnya meruntuhkan pertahananku.
Aaaaaauuddddduuhhhh taaannnnnn teeeee oooooohhhhh..!!!! keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
croott.. croott.croooootttt.semburan..maniku menyemprot dengan kuat,
mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Dewi, kemudian
badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Dewi, sementara
kuubiarkan penisku tetap ddewilam kemaluan tante Dewi untuk merasakan
sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Dewi tetap saja
berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.
Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Raka main.!!!! kataku dengan manja.
Kamu, tuh, Rakaa, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga..!!!!
Iiihhhhhtante..tapi tante senang juga.kaannnn ..????
Iya.. siiihhh.!!!!!" kata tante Dewi malu-malu
Sejak saat itu sikap tante Dewi terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Dewi. Aku dan tante Dewi sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Dewi, apalagi tante Dewi melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.

Aku terkena Jebakan tante tante haus seks


Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon
lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau
ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan
namanya dan setelah kau angkat.

"Hallo, selamat siang herman," suara wanita yang sangat manja
terdengar.
"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.
"Namaku Ratih," kata wanita tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Ratih tahu nomor telepon kantor saya dari mana?"
tanyaku menyelidiki.
"Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,"
jelasnya.
"Ooo.. Yanti," kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan
satu. Yanti adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai'
kehidupan sex aku.

"Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?"
tanyaku.
"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam
kangen sama kamu," jelas Ratih.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah
kenal lama. Suara Ratih yang lembut dan manja, membuat aku
menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut.
Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Ratih membuyarkan
lamunanku.

"Hallo.. Herman, kamu masih disitu?" tanya Ratih.
"Iya.. Iya Mbak.." kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?" tanyanya
menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Ratih tuh," celetukku.
"Masa sih.. Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda.

"Herman, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Ratih.
"Boleh aja Mbak.. Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,"
jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Herman sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa
senayan," katanya.
"Oke, sampai nanti herman.. Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil
berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat
tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita
yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku
pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas
selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya
aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan.
Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri
setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku
sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita
dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede
dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku
dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju
ke MC. Donald seperti yang dikatakan Ratih. Aku segera
mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa
melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti
pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian.
Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun.
Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku
tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan
yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian
depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah
dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok
mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa
bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang
menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat
merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku.
Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil
tempat duduk semeja dengan aku.

"Maaf apakah kamu Herman?" tanyanya sambil menatapku.
"Iy.. Iyaa.. Kamu pasti Ratih," tanyaku balik sambil berdiri
dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan
darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga
halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

"Silahkan duduk Ratih," kataku sambil menarik satu kursi di
depanku.
"Terima kasih," kata Ratih sambil tersenyum.
"Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja
sih?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Herman,"
jelasnya.
"Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah
kamu?" kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa
diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling
menggoda dan sesekali bicara yang 'menyerempet' ke arah sex.
Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang
semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Ratih adalah
seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Ratih adalah
seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di
Jakarta.

"Karin, kamu kenal Yanti dimana?" tanyaku.

Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering
online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal
apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex
sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh
semangat.
."Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu
sih," tanyaku penuh penasaran.
"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa
dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh
pengertian.
"Ooo, begitu.." kataku sambil manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana
menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai," jelasnya
tanpa aku tanya.
"Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada
acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya
dia bisa dateng," jelasnya kembali.
"Memangnya Mbak Ratih menginap dimana nih?" tanyaku
penasaran.
"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di
hotel H.."jelasnya.
"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Herman.. Makanya saat itu aku tanya Yanti,"
katanya
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di
Jakarta," katanya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku
lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah
mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

"Heerrrr.. Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya.
"Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel
sendirian," kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan
segera meluncur ke hotel H.. Yang tidak jauh dari pusat
pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Ratih bergegas menuju lift
untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya,
Ratih menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang
mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang
sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku
masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi
ternyata dia nggak sendiri. Ratih pun memperkenalkan
teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi
dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Yuni(36b)
sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga
berpayudara yang sama besarnya bernama Indah(36b). Dan mereka
pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka
pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak
berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun
dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika
itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah
pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang
besar, Ratih pun langsung menciumku dengan ganasnya aku
sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat
mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan
kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan.
Setelah itu Ratih pun langsung menciumku dengan garangnya dan
aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas
ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku
mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya.
Sedangkan Yuni mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok
dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan
tanpa sadar aku pun mendesah.

"Aaahh enak Yuunnn, terus Yuunnn hisap terus, aahh.."

Sedangkan Indah menghisap buah zakarku dengan lembutnya
membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja
permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Ratih dengan
lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan
yang aku buat. Ratih pun menjerit keras sambil berdesis
bertanda dia menikmati permainanku itu.

Yunipun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Ratih
sedangkan Indah mencium bibir Ratih agar tidak berteriak
ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati
vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah.

"Heerrrr.. Akuu mauu keeluuarr."

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu
akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa.
Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam
vagina Ratih, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali
hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah
basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat
perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku
lakukan dan Ratih pun mulai mendesah nggak karuan.

"Aaahh enak Heerrrr, terus Heerrrr, enak Heerrrr, lebih dalam Heerrrr aahh,
sstt.."

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku
percepat dan dia mulai berkicau lagi.

"Aaahh enak Heerrrr, penis kamu enak banget Heerrrr, aahh.."

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang
yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan
tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan
sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku.
Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Yuni
segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan
Ratih yang menempel pada penisku, sedangkan Indah menghisap
vaginanya Ratih yang masih keluar dalam vaginanya dengan
penuh nafsunya.

Yuni pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku
dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Yuni
dan serentak langsung masuk. Bless.. Terasa sekali kehangatan
didalam vaginanya Yuni. Dia pun mulai menaik turunkan
pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat
goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan
sensasi yang diberikan oleh Yuni.

Indah pun mulai menghisap payudara Yuni penuh gairah,
sedangkan Ratih mencium bibir Yuni dengan garangnya,
Yuni mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

"Aaahh enak Yuunnn.. Terus Yuunnn.. Goyang terus Yuunnn.. Lebih dalam
lagi Yuunnn.. Aaahh sstt"

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai
berdenyut,

"Yuunnn.. Aku.. ingiin keeluuaarr"

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya,
entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu
nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika
itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya
berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang
sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku
yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun
berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku,
Indah pun langsung menjilati vaginanya Yuni yang masih
mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun
melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan
makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Indah
dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya
yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari
diatasnya.

"Ooohh.. Herman.. Geelli.." desah Indah.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia
hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Yuni dan Ratih mereka asyik berciuman dan saling menjilat
payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai
menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan
dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang.
Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya
dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi
dan dia medesah.

"Aaahh enak sekali Heerrrr.. Terus Heerrrr hisap terus Heerrrr enak Heerrrr
aahh sstt.."

Indah pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya
dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai
mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah
dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang
vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat
tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku
langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar
selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

"Ssstt.. Heerrrr.. Nikmat sekali.. Ughh," rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan
lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Indah yang terkadang
berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin
menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

"Herman.. Gila banget lidah kamu.." rintihnya
"Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan.." pintanya.

Paha Indah dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku
untuk menjilatnya. Indah menggigit bibir bawahnya seakan
menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

"Oohh.. Herman, aku nggak tahan.. Ugh.." rintihnya.
"Herman cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,"
pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang
yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang
kewanitaannya dan sekali hentak.

"Bleest.." kepala penisku menggoyang vaginanya Indah.
"Aowww.. Gila besar sekali Heerrrr.. Punya kamu," Indah merintih.


Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Indah
mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga
menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

"Herman.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh," pinta Indah.

Indah terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri
seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang
kewanitaannya. Sesekali Indah membantu pinggulnya untuk
berputar-putar.

"Herman.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh," kepalannya bergerak ke
kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Indah seperti orang kesurupan dan
ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha
mempermainkan birahinya, disaat Indah semakin liar. Tempo
yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti
gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku
terasa sekali mengoyang dinding vagina Indah.

"Herman.. Terus.. Sayang.. Jangan berhenti.." Indah meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Indah untuk mencapai
kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Indah benar-benar tidak
bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

"Herman.. Aakuu.. Kelluuaarr.. Aaakkhh.. Goyang sayang," rintih
Indah.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi
Indah semakin tak terkendali.

"Heerrrr.. Ooo.. Aaammpuunn," rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku  dengan
dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Indah. Aku
merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Indah yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku
masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Indah,
sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang
vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya
Indah.

"Ooohh.. Herman.. Kamu.. Memang.. Ahli.." katanya sambil
merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Indah dan menekan
tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang
vaginanya.

"Indah.. Vagina kamu memang enak banget," pujiku.
"Kamu suka minum jamu yaa kok seret?" tanyaku.

Indah hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya
menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang
kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Indah dan hal tersebut
menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku
diterima Indah karena ternyata wanita tersebut bisa
mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai
tadi sudah mengoyak birahiku.

"Indah.. Aku mau.. Keluar.."kataku mendesah.
"Aku juga sayang.. Ooohh.. Nikmat terus.. Terus.." Indah
merintih.
"Herman.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasakan semprotan..
Kamu.." pintanya.
"Iya sudah.. Ooogh.. Aaakhh.." rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Indah semakin kencang,
semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai
puncak bersama-sama.

"Herman.. Aku.. Aku.. Ngaak kkuuaatt.. Aaakhh" rintih Indah.
"Aku juga sudah.. Ooogh.. Dahh," aku merintih.
"Crut.. Crut.. Crut.." spermaku muncrat membanjiri vaginanya
Indah.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes
sampai keluar dicelah vagina Indah. Setelah beberapa saat
kemudian Indah membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan
tubuhku.

"Herman, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan
sex. Kamu memang luar biasa" kata Indah merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,"
kataku merendah.
"Kamu luar biasa.." Indah tidak meneruskan kata-katanya
karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang
masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Ratih dan Yuni,
ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah
terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya
akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun
terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang
kemaluanku dan ternyata Yuni sudah bangun dan aku pun
menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih
tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya
kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan
terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka
semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti
oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai
kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami
berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama.
Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh
ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair
dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok
keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang
nakal memilih punting mereka.

"Ughh.. Herman.." mereka merintih dan bergerak saat aku
permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu
kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang
membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu
kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang
tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku
harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet
akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang
berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H.. Sambil menikmati
sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan
tadi

Sunday, August 14, 2011

Kisah Bercinta Dengan Tante Stella yang seksi


Cerita ini adalah kisah nyata, berlangsung ketika saya kuliah di suatu kota ternama di Jawa tengah sekitar tahun 1992. Sebagai mahasiswa pendatang, saya hidup sederhana, karena memang kiriman dari orangtua yang bekerja sebagai tentara terkadang kurang untuk memenuhi kebutuhan saya. Menurut teman-teman, saya termasuk pria simpatik, dengan kemampuan berpikir cemerlang, biasanya saya dipanggil Rudy.

Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawaran dari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPA bagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan. Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bunga kampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagi adiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kota dimana saya kuliah.

Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerja sebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen, berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa saya panggil Tante Yuni, adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Yuni adalah mantan ratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayai karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarik diusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amat manja pada orangtuanya, karena Tante Yuni selalu membiasakan memenuhi segala permintaannya.

Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kali buat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuan tersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanya sedikit malas belajar. Tetapi Tante Yuni malah menyarankan untuk memberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.

Setiap saya selesai mengajar, Tante Yuni selalu menunggu saya untuk membicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkap menyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewati satu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Yuni semakin akrab.

Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datang seperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatot sepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karena sudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimal selama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, Tante Yuni datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedang menghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hari itu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Yuni tetap minta saya menunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.

Ketika Tante Yuni memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Yuni telah memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Yuni masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam "BL" seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira-kira 36B.

Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanya berkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaan sejalan dengan cairnya situasi, Tante Yuni mulai bercerita tentang kesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingung mengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayal entah kamana.
"Rud, kamu lugu sekali yah..?" tanya Tante Yuni.
"Agh.. Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?" jawab saya.
"Yah.. lebih dewasa Dong..!" tegasnya.
Lalu, tiba-tiba tangan Tante Yuni sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.

"Rud.. mau kan tolongin Tante..?" tanya si Tante dengan manja.
"Loh.. tolongin apalagi nih Tante..?" jawab saya.
"Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!" jawab si Tante.
Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Yuni yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidak membayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid saya sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk "bercinta" dengan Tante Yuni ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.
"Wah.. saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?" tanya saya sambil bercanda.
"Yah.. kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?" jawabnya.

Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Yuni juga tidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.

Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu, Tante Yuni menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama dia melepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi's saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya.

"Wah.. Rud, gede juga nih punya kamu.." kata si Tante sambil bercanda.
"Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!" jawab saya.
Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Yuni yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tiba libido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Yuni terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras.
"Oghh.. saya merindukan suasana seperti ini Rud..!" desahnya.
"Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?" kata saya.

Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan.
"Ogh.. Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante.." dengan suara yang mendesah.
Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuh Tante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah.. ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Yuni sekarang meminta saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
"Rud.. ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih..!" pinta si Tante.
"Wah.. saya takut kalo Tante hamil gimana..?" tanya saya.
"Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!" sambil berusaha meyakinkan saya.

Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan.
"Ahh.. dorong terus Dong Rud..!" pinta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali.
Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Yuni mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.

Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.
"Oh.. oh.. nikmat sekali Rudy..!" teriak si Tante.
"Tante.. saya kayaknya sudah mau keluar nih..!" kata saya.
"Sabar yah Rud.. tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluar lagi nih..!" jawab si Tante.

Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.
"Arghh..!" teriak Tante Yuni.
Tante Yuni kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-otot kemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.

Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejam bersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Yuni dalam keadaan telanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entah kenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Yuni dari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnya yang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

"Ih.. kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?" kataya sambil tertawa kecil.
"Agh.. Tante bisa aja deh..!" jawab saya sambil menciumi bibirnya kembali.
Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagi bersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Yuni, kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruang keluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya dogie style.

"Um.. dorong lebih keras lagi dong Rud..!" desahnya.
Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante, sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.
"Rud.. mandi yuk..!" pintanya.
"Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah..?" jawab saya.

Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik Tante Yuni untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
"Hm.. nikmat sekali jilatanmu Rud.. agghh..!" desahnya.
"Rud.. kamu sering-sering ke sini Rud..!" katanya dengan nafas memburu.
Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Yuni agar duduk di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat saya akhirnya "KO" kembali. Saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Yuni kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

Setelah selesai mandi, saya pamit pulang karena baru tersadar bahwa perbuatan saya amat berbahaya bila diketahui oleh Bapak Gatot, Indah teman sekampus saya, apalagi Noni murid saya itu. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan persetubuhan, tetapi tidak pernah lagi di rumah, Tante memesan kamar hotel berbintang dan kami bertemu di sana.

Selepas pengalaman itu, saya menjadi lebih berani pada wanita, dan menikmati persetubuhan dengan beberapa wanita setengah baya yang kesepian dan butuh pertolongan tanpa dibayar.

Kisah Seks bersama Ibu dosenku


Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah semester ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para mahasiswa baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut brosurnya bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa hanya diberikan kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut berkumpul, dan ternyata oleh teman-temanku, aku dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan keluhan mereka kepada manager lembaga yang bernama Ibu Wulan S.Pd.

Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk membicarakan masalah ini kepada Ibu Wulan, dan siapa tahu beliau bisa memberikan solusi yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Ketika aku hendak mengetuk pintu ruangannya, terdengar samar-samar suara desah dan erangan yang berasal dari dalam ruangannya. Akupun tahu bahwa suara ini adalah suaranya Ibu Wulan, karena aku sangat hapal dengan suaranya ketika beliau masih memberi mata kuliah Akuntansi Dasar 1.

Kuketuk berkali-kali, namun belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan diri untuk langsung membuka pintu. Ku lihat diruang kerjanya, ternyata tidak ada, kucari kesana kemari, akhirnya aku menemukannya sedang serius menghadap kekomputer yang biasa digunakan oleh asistennya (letaknya terhalang oleh sebuah lemari yang berisi bermacam-macam jenis buku). Yang aku tahu, hari ini asistennya belum masuk karena 2 hari yang lalu dia mengalami kecelakaan. Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya.

Dan ternyata.. Ibu Wulan sedang melihat adegan-adegan seks yang ada di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan, tidak tahunya waktu melihat adegan itu, Ibu Wulan pun merangsang dirinya sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Aku jadi bingung dan deg-degan, karena sebagai lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada adegan seks yang ditampilkan dimonitor, dan yang lebih membuatku konak, ketika melihat Ibu Wulan yang sepertinya sedang diamuk birahi. Sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja, dan melebarkan kedua pahanya, jari-jari lentik Ibu Wulan terus keluar masuk lubang memeknya yang sudah terlihat basah.

Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu untuk keluar. Tetapi tiba-tiba..
"Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya".
Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya.

Tanpa menunjukan ekspresi apapun, Bu Wulan berjalan mendekatiku sambil bertanya.
"Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?"
Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin.
"Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?"
"Tidak Bu", jawabku pelan.
"Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?"
"Ngga ada bu".
"Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?"
Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya.

"Jika memberi keterangan jangan berbelit-belit begitu, saya tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat".
Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti apa yang tadi Ibu Wulan lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut ketahuan Ibu Wulan, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek.

Tanpa disangka, Ibu Wulan malah berkata.
"Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu".
Akhirnya Ibu Wulan memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya.
"Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?", tanyaku.
"Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka CD wanita, apakah kamu bisa?".
Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman yang sangat menyenangkan.

Tanpa ragu-ragu lagi aku mendekati tubuh Ibu Wulan yang masih menaikan kaki dan melebarkan kedua pahanya di atas meja. Aku langsung menurunkan kedua kakinya dan meminta dia untuk berdiri.
"Saya menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di diri ibu".
Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
"Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja".

Thanks God, akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan apa yang selama ini cuma jadi hayalan saya tentang kecantikan dan kemontokan Ibu Wulan. Dengan lembut, saya mulai menciumi bibirnya yang merah merekah. Ternyata, Ibu Wulan sangat liar (mungkin karena sebelumnya sudah melihat adegan yang merangsang).
"Fik, untuk sekarang ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya"
Sambil berkata begitu, tanpa sempat membuka bajuku, Ibu Wulan langsung membuka celanaku dan mengarahkan kontolku ke memeknya.

Walaupun tanpa foreplay terlebih dahulu, kontolku memang selalu siap jika disuruh ngentot cewe cantik, karena kontolku sudah terlatih sejak waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu Wulan terus menarik dan mendorong pantatnya agar kontolku terus keluar masuk dari lubang memeknya. Aku hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang memek Ibu Wulan, karena walaupun aku terlihat pasif, sepertinya Ibu Wulan sangat menikmatinya.
"Terus Fik, enak banget kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh"
Tanpa henti-hentinya Ibu Wulan mendesis seperti orang yang kepedasan.

Meski dari dulu aku terobsesi untuk bisa bercinta dengan Ibu Wulan, namun aku tidak ingin terburu-buru dalam menikmatinya. Aku sengaja membiarkan Ibu Wulan agar dia mencapai puncak duluan, biar bisa memberikan kesan yang baik di matanya.
"Aawww.." ternyata ketika Ibu Wulan mencapai orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan langsung memelukku.
"Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak".

Ketika pelan-pelan kucabut kontolku yang masih tegak berdiri, Ibu Wulan masih terlihat lelah, namun dari raut wajahnya terlihat sangat puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Wulan bisa istirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku langsung membuka bajuku, menurutku, pertempuran baru akan dimulai, dan dengan perlahan akupun mulai membuka satu persatu pakaian Ibu Wulan. Karena waktu pertama melakukannya, Ibu Wulan tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membuka pakaian kami, mungkin saking ngebetnya, dia cuma menaikan roknya (yang kebetulan sudah tidak ber-CD), dan menurunkan celanaku.

"Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang mari kita ngentot lagi, dan tolong puaskan kontol saya dengan segala cara yang Ibu bisa". Tanpa menunggu lama, kami yang sudah sama-sama telanjang sudah saling memeluk. Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Wulan, berusaha untuk menikmati seluruh tubuhnya. Kubaringkan Ibu Wulan dilantai, kedua susu yang padat itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk segera menikmatinya.
"Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss"
Tanganku pun mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar lubang kemaluannya.

Ku usap dengan lembut pinggiran lubang kemaluannya, ternyata sudah sangat basah, mungkin karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus terus sambil sesekali telunjukku kumasukkan ke dalam memeknya yang sudah terlihat sangat merah akibat terjadinya gesekan. Bibirku langsung berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung mengarahkan mukaku kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku lebarkan lubang memeknya, dan aku langsung menjilati "klit"nya yang agak sedikit "monyong" ke depan. Ibu Wulan seperti orang kesetanan ketika lidahku menyentuh daerah terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus mendesis seperti ular, dan tangannya seperti mencari sesuatu untuk dipegang.

Seperti kejadian sebelumnya, Ibu Wulan pun mengalami orgasme yang kedua ketika aku baru memainkan memeknya dengan lidah dan jariku. Namun karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi, aku tidak memberi dia kesempatan untuk beristirahat, setelah melihat dia terkulai dengan lemas, aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Dengan mengangkat kedua pahanya, dan meletakkan kakinya dipundakku, aku langsung memaju mundurkan pantatku untuk mengeluar masukan kontolku ke dalam memeknya.

Hampir 20 menit aku mengocok memeknya dengan kontolku, mungkin itu membuat gairah Ibu Wulan mejadi bangkit lagi, diapun berusaha untuk menggoyangkan pinggulnya agar kontolku bisa menstimulasi dinding memeknya secara menyeluruh. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya tanpa menyabut kontolku, pelan-pelan kubalikan badannya dan menyuruh dia agar "menungging". Secara visual, nafsuku langsung bertambah ketika melihat 2 bongkahan daging yang sangat besar dan tanpa berhenti memainkan kontolku, tanganku langsung meremas pantatnya yang sangat mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku menepuknya sehingga membuat warna kulitnya menjadi agak merah.

Mungkin karena terlalu lelah, Ibu Wulan minta agar aku mencabut dulu kontolku, tapi mendengar dia ngomong begitu, nafsuku malah bertambah-tambah, tanganku langsung menarik rambutnya dan memperkencang gerakan kontolku. Ibu Wulan hanya bisa mendesah, mengerang dan merintih, tanpa bisa memberikan perlawanan lagi. Akhirnya dia hanya pasrah dan terus menikmati sensasi yang aku berikan. Akhirnya aku mencabut kontolku dan meminta Ibu Wulan agar segera mengulum kemaluanku. Mungkin saking lelahnya, dia membalikan badannya sangat lambat, aku yang sudah tidak tahan, langsung menarik wajahnya mengarahkan kontolku ke dalam mulutnya. Sambil terus kukocok, aku tetap memegang kepalanya agar ikut bergerak maju mundur.

Tiba-tiba.. spermaku keluar banyak juga, sampai-sampai, sebagian keluar lagi dari sela bibirnya Ibu Wulan, aku sengaja mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya, karena aku bilang, aku paling suka melihat spermaku ditelan oleh pasangan ngeseksku. Dengan cekatan, Ibu WulanPun langsung menelan semua spermaku dan menjilati kepala kemaluanku, hingga tidak ada sedikitpun spermaku yang tidak tertelan olehnya.

Akhirnya sampai juga aku mewujudkan impianku terhadap Ibu Wulan ini. Ternyata Tuhan telah mendengar dan mengabulkan keinginan yang ada di dalam hatiku. Setelah rapi-rapi, aku utarakan maksud kedatanganku ke ruangannya, dengan seksama, beliau mendengarkan apa menjadi permasalahan diantara anak didiknya, dengan bijak, akhirnya beliau mengatakan.
"Kalau masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak usah terlalu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu bersedia menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, bagaimana?"
Dengan cepat, aku langsung menjawab, "Ya.. ya.. ya.."

Bule Selingkuhan Istriku

Aku seorang IT manager di sebuah perusahan swasta di Bali, umurku 32 thn dan istriku 29 thn, kami sudah lima tahun menikah namun belum dikaruniai seorang anak. Enam bulan lalu aku memutuskan pisah ranjang dengan istriku karena sudah tidak ada kecocokan lagi.Rencananya dalam waktu dekat aku akan mengurus perceraian kami. Tapi karena terbentur waktu jadi urusannya terkatung-katung.

Istriku memilih tinggal sendirian kost di dekat Hotel tempat dia bekerja sebagai Public Relation Manager. Minggu pagi aku berniat mengunjungi dia, kangen juga sih, sudah 3 bulan aku tidak pernah ketemu dia.

Di depan pintu aku kaget melihat seorang bule keluar dari kamarnya, aku menunggu sebentar sampai si bule pergi dan nyelonong masuk kamar istriku, aku pura-pura tidak tahu tentang si bule yang barusan keluar. Kulihat istriku keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Tubuhnya masih tetap seperti dulu padat dan sintal, mungil tapi proporsional, Dia keget melihatku sudah duduk di atas tempat tidurnya.

Kutanya kabarnya namun tidak dijawab, dengan santai dia melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya, buah dadanya dipamerkan begitu saja, membuat aku jadi bernafsu. Ukuran buah dada istriku memang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil, yah.., sesuai dengan ukuran tubuhnya yang mungil, bentuknya sangat menggiurkan mata laki-laki yang memandangnya, bulat, padat dan tidak melar. Melihat itu penisku langsung berdiri, apa lagi melihat bekas gigitan si bule di pundak dan buah dadanya.

Kupeluk dia dari belakang, kucium lehernya dan kubisikkan ajakan untuk bersetubuh, namun dia menolak dengan alasan ada janji dengan teman pagi ini. Selesai berpakaian dia langsung ngeloyor pergi meninggalkan aku sendirian. Lama aku berpikir, dan terlintas dibenakku untuk mengintai hubungan intim mereka. Aku tanyakan ke ibu kost untuk menyewa kamar sebelah, kutahu kamar sebelah tidak ditempati. Setelah dealt dengan ibu kos aku langsung balik ke rumah mengambil peralatan spy-ku yang dulu kubeli dari internet. Aku mempunyai dua buah pinhole video camera yang bisa ngintip lewat lubang kecil. Dulu alat ini aku gunakan untuk mengintip anak-anak kost di rumahku. Balik lagi ke tempat kost istriku dan langsung memasang peralatan spy-ku.

Aku buat lubang kecil tepat di atas temat tidur dan satu lagi di kamar mandi. Selesai pasang kamera lewat plafon, aku coba connect ke TV-monitor yang kupersiapkan di kamar sebelah, hampir 70% dari ruangan tidur bisa kumonitor dan selanjutnya beralih ke channel di kamar mandi, di sini aku harus naik lagi ke plafon karena lokasi cameranya kurang tepat, kugeser sedikit agar tepat di atas bath tub.

Jam 12.00 aku selesai setup video spy-ku, lalu mandi sebentar membersihkan debu yang melekat di tubuhku setelah naik ke langit langit kamar kost. Sambil tiduran menunggu istriku kembali ke kostnya. Kira-kira jam 20.00 kudengar langkah kaki di kamar sebelah, kuintip lewat jendela, ternyata istriku dan si bule yang datang. Kunyalakan TV-monitor, kulihat si bule menunggu istriku yang sedang menutup pintu kamar, istriku tampak tidak sabaran, langsung menubruk si bule dan mereka berpagutan sambil saling melepaskan pakaian. Hanya dalam beberapa detik mereka sudah telanjang bulat, istriku jongkok di hadapan si bule yang penisnya setengah ereksi dan melahap penis besar di hadapannya. Mulut istriku tidak bisa menampung seluruh penisnya.

Perlahan tapi mantap penis si bule ereksi penuh karena permainan lidah istriku. Kutahu ini adalah keahlian istriku, dulu aku sampai merem melek dibuatnya. Si bule yang tinggi besar mengangkat tubuh mungil istriku ke tempat tidur dan langsung menindihnya. Dengan sangat bernafsu si bule melahap buah dada kenyal milik istriku. Dari TV-monitor aku dengan jelas sekali melihat wajah istriku yang lagi merem melek menikmati permainan lidah si bule.

Puas menikmati kedua gunung kembar istriku, si bule beralih turun ke perut lalu ke bukit yang ditumbuhi bulu jarang-jarang. Desahan istriku sangat jelas kudengar lewat earphone karena sebelumnya sudah kupasangi wireless microphone di belakang head board-nya. Tangan istriku menarik kuat-kuat sprei sewaktu lidah si bule mulai menyusuri lubang vaginanya.

Selang berapa menit si bule merubah posisinya untuk ber'69'. Desahan istriku langsung hilang bersamaan dengan disumbatnya mulut istriku dengan penis besar si bule. Dengan sangat bernafsu istriku memainkan penis di mulutnya, sedangkan si bule sendiri sibuk memainkan lidahnya di clitoris istriku, kulihat kaki istriku mulai menegang dan paha istriku menjepit kepala si bule.

Setelah puas ber-'69', si bule duduk bersandar di head board dan istriku duduk di pangkuannya dengan saling berhadapan. Dengan bertumpu pada lututnya, perlahan istriku memasukan penis besar si bule ke lubang vaginanya. Istriku menjerit kecil ketika penis si bule mulai menerobos masuk. Dia mendongak ke atas sambil meringis menahan sakit saat menurunkan pantat bahenolnya agar penis si bule masuk lebih dalam.

Setelah diam beberapa saat untuk melumasi penis si bule, istriku mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sedangkan si bule melahap dan mejilati buah dada istriku. Ini adalah gaya yang paling disukai istriku. Gerakan istriku maju mundur makin lama makin cepat dan tidak beraturan, selang 5 menit tubuh istriku bergetar hebat menikmati orgasme sambil melumat mulut si bule.

Mereka istirahat sebentar sambil mencumbui istriku agar bangkit lagi. Dengan memainkan buah dada istriku yang kenyal, dia bangkit lagi gairahnya, Istriku lalu mengangkangkan pahanya lebar-lebar, dari TV-monitor aku bisa lihat vagina istriku yang kemerah-merahan akibat gesekan penis besar si bule. Dia menusukkan senjatanya ke vagina istriku dan mulai menggerakkan pantatnya maju mundur dengan keras, saking kerasnya sampai terdengar suara, "Plak! plok.., plak! plok!", dari benturan paha mereka.

Istriku mendesah hebat setiap kali si bule menghunjamkan penisnya dalam-dalam. Rasa cemburuku timbul saat melihat perlakuan kasar si bule terhadap istriku, tetapi aku menikmatinya, penisku rasanya sudah tidak kuat menahan sakit karena tegang sejak tadi. Posisi ini tidak bertahan terlalu lama, si bule minta istriku nungging dan dia menusukkan senjatanya dari belakang, aku bisa dengan jelas melihat penis si bule keluar masuk menusuk vagina istriku.

Lima menit berlalu si bule menunggangi istriku, perlahan-lahan dia mulai kesetanan, gerakanya mulai tak beraturan apalagi istriku juga ikut menggoyangkan pantatnya dengan kesetanan. Akhirnya si bule memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina istriku. Dia berteriak histeris menikmati puncak orgasmenya. Kulihat istriku mencium mulut si bule mesra sekali, dari slang English-nya kutahu dia adalah orang Italy.

Berdua mereka ke kamar mandi, aku cepat-cepat mencolokkan cable RCA dari camera yang di kamar mandi ke TV-monitor. Di kamar mandi kulihat istriku jongkok memutar kran shower sementara si bule memegang shower head-nya. Lalu mereka saling menggosok dengan sabun. Si bule lama sekali membersihkan vagina istriku sampai dia merem melek. Bath tub mereka isi setengahnya lalu tiduran berdua di dalamnya dengan si bule di bawah dan istriku di atas pelukan si bule. Mereka saling berpagutan mesra. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, aku buru-buru pulang karena besok senin pagi aku harus kerja. Terpaksa aku kehilangan adegan hot selanjutnya. Dulu aku berniat membeli alat perekam VCR 24 jam, namun tidak jadi karena harganya mahal. Sesampainya dirumah mataku tidak bisa terpejam, dalam pikiranku masih terbayang adengan hot istriku dengan si bule. Coba aku punya perekam, aku bisa melihat adegan mereka selanjutnya. Membayangkan mereka, aku jadi tidak bisa tidur sampai pagi.

Senin malam jam 20.00, sepulang dari tempat kerja aku langsung meluncur ke tempat kost istriku, suara desahan terdengar dari kamar istriku, "wah telat aku". Cepat-cepat kubuka pintu kamarku yang ada di sebelah kamar istriku, TV-monitor kunyalakan, namun mereka tidak kelihatan di kamar tidur, terlihat tempat tidur yang acak-acakan dan pakaian berserakan di mana-mana. Kucoba colokkan monitor yang di kamar mandi, dan "astaga!" Mereka bertiga, istriku, si bule dan temanya bule satunya lagi, yang ini bentuk penisnya lucu, bagian bawah kecil namun kepalanya sebesar bule satunya lagi. Sekarang kutahu nama bule yang menyetubuhi istriku kemarin namanya Jullio, itu aku dapat dari teman istriku di tempatnya bekerja.

Jullio adalah tamu yang sering menginap di hotel tempat istriku bekerja dan dia mempunyai business di Indonesia. Di kamar mandi, istriku kulihat sedang nungging sedangkan Jullio memompa vagina istriku dari belakang, tangan istriku berpegangan ke pinggir bath tub sambil melumat penis anehnya milik si bule satunya yang duduk di ujung bath tub. Aku baru tahu kalau istriku bisa sebuas ini sama cowok bule. Wah ini adegan yang sungguh sangat menyesakkan dadaku, rasa iri, cemburu, marah, menyesal, birahi, sedih bercampur aduk, pokoknya tidak bisa dijelaskan. Keadaan tempat tidur yang acak-acakan menandakan merekan sebelumnya bergumul di sana dan pergumulan mereka di kamar mandi saat ini mungkin babak kedua atau mungkin ketiga. Aku telah kehilangan adegan tersebut. Kalau kubayangkan mungkin lebih seru dari yang di kamar mandi.

Jullio mencabut penisnya dari vagina istriku dan menancapkanya lagi ke lubang pantat istriku, seumur-hidup aku belum pernah menikmati lubang istriku yang satu ini, setiap aku minta dia selalu menolak dengan alasan sakit lah, tidak enak lah, Namun dengan si bule ini kenapa dia berikan. Ini tidak adil!, Jullio nampak mulai kesetanan, semetara istriku berteriak kecil setiap penis besar ini masuk lebih dalam.

Dalam 5 menit Jullio mencabut penisnya dan menumpahkan seluruh air maninya di punggung istriku. Sementara bule satunya lagi asyik menikmati permainan mulut istriku, karena sudah bernafsu si bule satunya lagi langsung menggendong istriku ke tempat tidur. Istriku di tempatkan di pinggiran bed dengan posisi nungging sementara si bule berdiri di lantai, di pingiran bed dan bersiap-siap menusukkan senjatanya ke lubang pantat istriku. Goyangan pantat si bule menimbulkan suara, "Ceplak.., ceplok..!",.

penis si bule yang bentuknya aneh itu makin keras menghunjam pantat istriku sambil tangannya meremas keras pantat bahenol istriku. Datang dari kamar mandi si Jullio langsung ikutan nimbrung, dia menyusup ke bawah tubuh istriku dengan kaki menjuntai ke bawah dia memasukkan penisnya ke vagina istriku lalu menurunkan badan istriku, si bule satunya lagi tetap berdiri dengan penis menancap ke pantat istriku, dia agak membungkuk karena badan istriku merendah dan nempel ke tubuh Jullio. Mereka mulai bergoyang, mulut istriku dengan lahap menjilat dada bidang si Jullio yang di penuhi dengan bulu.

Si bule satunya sudah mulai kesetanan, pantatnya kian keras bergoyang dan akhirnya, "Cret.., cret.., cret", spermanya tumpah di punggung istriku, sementara si Jullio masih asyik menikmati goyangan istriku dari atas, karena si bule satunya lagi tidak lagi menusukan senjatanya, istriku lalu duduk bersimpuh di penis si Jullio dan bergoyang maju mundur. Tangan si Jullio meremas buah dada kenyal milik istriku, desahan istriku makin hebat sampai akhirnya lemas terkulai di atas tubuh Jullio.

Jullio bangkit dan mulai menyodok lubang pantat istriku yang lagi tengkurep lemas. Plok.., plok.., plok..!, bunyi pantat dan paha mereka beradu, selang beberapa menit si Jullio menumpahkan spermanya di atas punggung istriku dan terkulai lemas di sebelah istriku. Si bule satunya datang dari kamar mandi, langsung berpakaian lalu pamitan pada mereka. Sempat-sempatnya dia melumat mulut istriku sebelum pergi. Jullio menggendong istriku ke kamar mandi. Setelah saling membersihkan di kamar mandi, mereka tidur bugil dengan saling berpelukan.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 24.00, aku putuskan untuk tidur di sini dan besok aku akan bolos kerja. Sampai jam 02.00 di kamar istriku tidak ada aktivitas, mereka masih tertidur pulas dengan tetap saling berpelukan. Akhirnya aku tertidur karena bosan menunggu.

Jam 04.00 aku terbangun dan melihat ke monitorku. Kulihat tangan istriku mengocok penis si Jullio yang sedang berdiri setengah tiang. Kepala istriku dituntun paksa oleh si bule untuk melakukan blow job. Mulut istriku yang mungil tampak mengembung akibat sumbatan penis si Jullio. Setelah berapa lama akhirya tumpah juga isinya di mulut istriku, si Jullio akhirnya tertidur pulas lagi, sementara istriku ke kamar mandi membersihkan mulutnya.

Jam 07.00 si bule bangun, berpakaian dan pamitan ke istriku yang bermalas-malasan di tempat tidur dalam keadaan bugil. Setelah si Jullio pergi, aku menyerbu masuk ke kamar istriku, dia kaget sekali melihat aku datang, aku langsung membuka pakaianku dan menindihnya. Berberapa kali dia berontak, namun akhirnya penisku bisa kutancapkan ke vaginanya. Puas mengocok vaginanya, aku minta dia nungging untuk menyodok lubang satunya. Dia menolak, "Lis.. kamu jangan munafik, si bule dua orang itu kenapa kamu kasih..ah?", aku keceplosan ngomong. Dia terheran-heran dan menanyakan dari mana aku tahu hal itu. Akhirnya aku menjelaskan aktivitas spy-ku di kamar sebelah. Wajah istriku tampak merah padam antara malu dan marah, apalagi kujelaskan secara detil pergumulannya yang hot dan binal dengan si bule. Dia memintaku agar cepat-cepat mengurus perceraian kami, karena dia akan segera menikah dengan si Jullio dan pergi ke Italy. Aku menyanyakan apakah dia benar-benar mencintai si bule namun tidak dijawabnya. Aku memberi tahu bahwa hidup di luar negeri itu susah dan budaya mereka beda. "Aku takut nanti di sana kamu dijadikan budak nafsu mereka", saranku.

Setelah kejadian itu, mereka selalu berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lainnya untuk bercinta. Aku jadi kehilangan objek spy-ku karena ketololanku sendiri. Aku tidak bisa menaklukkan rasa cemburuku. Setelah kami resmi bercerai, istriku diboyong si bule ke Italy. Sampai sekarang aku tidak pernah terima kabar darinya.

Seks Istri Dan teman karibku


Namaku Wawan, warga keturunan WNI Cina, aku mempunyai orang tua yang kaya raya, sehingga selepas kuliah aku langsung mendapat warisan salah satu perusahaan ayahku, apalagi aku anak tunggal. Pada umur 25 tahun, aku menikah dengan Nunik, adik kelasku di SMA yang sangat cantik. Waktu itu umur Nunik baru 22 tahun. Sebenarnya orang tuaku menentang pernikahan kami, karena dia anak orang miskin. Tetapi karena aku mencintainya, akhirnya mereka terpaksa menerima. Selama 5 tahun, keluargaku hidup bahagia tetapi kami belum juga dikaruniai anak. Hingga suatu saat, ayahku sakit dan aku dipanggilnya.
"Aldi, ayah sudah tua tapi ada satu hal yang membuat ayah merasa kalau hidup ini belum lengkap. Ayah mengharapkan punya cucu dari kamu, kapan kamu punya anak? Cobalah periksa ke dokter, kalau memang isteri kamu mandul, ceraikan saja, kamu menikah lagi, toh kamu masih muda." kata ayahku.

Setelah hari itu, aku bersama isteriku ke dokter. Hasilnya bukan isteriku yang mandul, tetapi mungkin justru aku yang mandul. Hari-hari kulalui dengan merenung, tekanan dari orang tua terus kuterima. Mereka masih beranggapan isteriku pembawa sial dan mandul, padahal aku sangat mencintai isteriku.

Pada suatu hari, aku bertemu Herman Hasan, teman akrabku sewaktu di SMA yang keturunan Arab. Penampilannya masih belum berubah, rambut keriting, kulit hitam dan selalu memakai kaca mata. Pertemuan itu sedikit menghiburku, karena aku bisa curhat dan konsultasi kepadanya.
"Wah, nasibmu memang Kurang beruntung, walau kamu kaya tapi kurang bahagia, aku saja sudah punya 3 anak, dan yang besar sudah kelas 2 SD." katanya.

Setelah pertemuan dengan temanku itu, aku kembali bertemu ayah.
"Al, aku sudah punya pilihan buat calon isterimu. Watik, anaknya mang Husni, akan kukawinkan dengan kamu kalau sampai 6 bulan ini kamu ngga ada tanda-tanda punya anak." ancam ayahku.
Malamnya pikiranku sangat kacau, isteriku hanya pasrah kalau memang dia harus dicerai, saat lagi stres aku dan isteriku nonton VCD porno. Siapa tahu ada teknik yang baru, pikirku. Ceritanya tentang orang yang punya hutang dibayar dengan tubuh isterinya. Tiba-tiba aku punya ide, aku ingin bantuan orang lain menghamili isteriku. Yang ada dalam benakku saat itu adalah Herman. Lalu kuutarakan pada isteriku.
"Gila, kamu mas, mending ceraikan aku saja." kata isteriku.

Aku tetap berusaha, hingga akhirnya aku mendapatkan akal dan kurundingkan dengan Herman. Kesannya memang setengah perkosaan. Hari itu aku menelpon Herman agar datang jam 8 malam ke rumahku saat aku tidak ada. Herman kuminta menggantikan peranku sebagai suami dari isteriku. Jam 7 malam, setelah makan, aku memberi minum kepada isteriku yang sudah kuberi obat perangsang. Setelah itu, biasanya aku mencumbunya dan kami siap untuk bermain cinta. Akhirnya, setelah setengah jam pemanasan, isteriku nampak terangsang berat dan tidak dapat mengendalikan birahinya. Dari bawah dasternya, kumasukkan tanganku ke dalam celana dalamnya yang sudah sangat basah.

"Ouuhh, teruus mas." isteriku terus mengerang.
Buah dadanya yang tanpa BH terasa semakin membulat di dadaku. Tanganku yang satu meremas buah dadanya.
"Aaah.. enghh.. yaahh.. masukkan saja kontolmu mas, aku ngga tahan.."
Lalu kubuka dasternya. Tubuh isteriku memang indah sekali, tinggi 165 cm, kulit putih mulus dan wajahnya mirip Dina Lorenza. Penampilannya sangat menggairahkan, siapa pun pasti tidak menolak saat disuguhi tubuh yang montok ini.

Saat kupelorotkan celana dalamnya, tiba-tiba ada telpon yang memang sudah masuk dalam skenarioku, karena Herman kusuruh menelpon kalau sudah sampai di depan rumahku. Kepada isteriku aku membuat alasan seolah-olah ayahku menelpon dan aku disuruh ke rumahnya malam ini. Tampak sekali wajah yang kecewa pada wajah manis isteriku. Sebelum kutinggalkan isteriku, aku sempat melihat isteriku bermain sendiri dengan tangannya, lalu aku keluar dan bertemu Herman di luar.
"Kamu masuk saja, nanti alasan nyari aku, udah ya, aku nunggu di luar dulu." pesanku pada Herman.
Lalu Herman mengetuk pintu. Setelah itu tampak isteriku membukakan pintu. Isteriku keluar dengan memakai daster tipis yang dari luar terlihat belum sempat memakai pakain dalamnya.

"Aku mau ada janjian dengan suamimu malam ini." kata Herman.
"Dia pergi ke rumah bapak. Ngga tahu pulang jam berapa, biasanya cuman satu jam, rumahnya dekat kok." kata isteriku.
"Kalau gitu, aku nunggu di sini saja, ya?"
"Yahh.. silakan duduk! Mau minum?"
"Boleh," kata Herman dengan matanya terus mengawasi buah dada isteriku yang naik turun dan memperlihatkan dua titik hitam menerawang di balik daster putih tipisnya.
Setelah membuat minum, isteriku keluar lagi dan menemani Herman mengobrol.

"Wajah Kamu kelihatan memerah dan berkeringat, kamu sakit ya?" tanya Herman basa-basi, padahal isteriku baru saja horny.
"Ahh, ngga, tadi baru saja olah raga." kata isteriku berbohong.
"Nunik, kamu kelihatan cantik lho, kalau penampilan kamu gini."
"Kamu, bisa aja, isteri teman di rayu."
"Benar lho, bahkan ngga cuman cantik, tapi juga seksi dan jujur saja saat ini aku terangsang sama kamu." kata Herman to the point (langsung pada inti permasalahan).
"Kamu jangan macem-macem yah, nanti suamiku datang bisa berabe!"
Lalu Herman duduk di sebelah Nunik. Nunik agak menggeser duduknya. Dari balik jendela luar, aku terus mengintip dan mengawasi gerak-gerik mereka.

"Nik kita ada waktu satu jam, ngga ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua, boleh dong aku menikmati tubuhmu?" Herman terus merayu.
"Ingat Jon, aku isteri sahabatmu, kalau kamu lancang, aku teriak lho!" tapi Nunik kelihatan berdebar saat Herman meremas tangannya.
"Santai saja sayang, kamu kan belum pernah merasakan kontol Arab. Kau lihat punyaku ini!"
Memang Herman sudah membuka restlutingnya dan kepala kejantanannya berusaha keluar. Isteriku sempat tertegun. Dalam hati pasti dia mengukur. Wah, paling tidak panjangnya 18 cm. Dengan tidak sabar, Herman memagut bibir isteriku dan tangannya terus meremas buah dada isteriku. Isteriku berusaha meronta tetapi tenaga Herman lebih kuat.

"Jangan Jon, aku isteri yang setia." kata isteriku.
Lalu saat tangannya berhasil lepas, dia menampar muka Herman. Herman semakin beringas, dia lalu menarik tubuh isteriku dan dimasukkannya ke dalam kamar. Kemudian pintu kamar ditutup dan dikunci. Aku pun kemudian pindah mengintip dari lubang ventiasi jendela kamar. Dari luar kulihat Herman menanggalkan semua pakainnya dan batang kemaluan hitam yang panjang dan besar itu mulai berdiri dan memang lebih panjang dari punyaku.
"Sekarang kamu boleh teriak karena ngga ada yang dengar."
"Kumohon, jangan Jon, pergilah!"
Lalu dengan kasar, Herman merobek kancing daster istriku dan terbukalah buah dadanya yang kuning ranum dengan rakus diremas dan putingnya dipilin. Tampak istriku memejamkan mata, dia berusaha menolak tetapi rangsangan obat yang kuberikan masih mempengaruhinya, karena dosisnya memang kuberikan dobel.

"Ouuhh, jangan Jon, lepaskan aku.." erangan isteriku kelihatan berubah, "Aaah, tidak.."
Lalu Herman menarik daster istriku ke bawah, maka kelihatan isteriku dan Herman sama-sama bugil.Tangan Herman segera merayap ke selangkangan Nunik. Ditusuknya kemaluan isteriku dengan jarinya yang sekali-kali diremas dan ditusuk-tusukkan.
"Aaahh, ouu, Jon," tampak mulut isteriku terus mendesah dan merintih menikmati rangsangan yang diberikan Herman.
Sekarang tidak ada perlawanan lagi, bahkan justru tangan isteriku segera menangkap batang kemaluan Herman dan diremasnya.
Tanpa sadar isteriku membisik, "Ouuh, Jon, puaskan aku.."
Lalu Herman menghentikan aksi tangannya. Isteriku dibaringkannya di kasur, kakinya yang berjuntai di lantai dibuka lebar, nampak liang kemaluan isteriku yang merah kecoklatan berkilat karena banyaknya cairan yang keluar.

Dengan tanggap, Herman menjilati kemaluan isteriku di daerah clirotisnya. Dijilatinya terus dengan penuh nafsu.
"Enghh, yaakk terus sayaang, ouh, ahh, puaskan aku," isteriku terus merintih semakin lama rintihannya semakin keras, aku sampai jelas mendengarnya dari luar.
"Aaahh, Maaan, cukup, tusuk aku dengan punyamu sayang, pinta Nunik."
Aku sendiri sudah mengocok kemaluanku. Lalu Herman segera berdiri dan meletakkan rudalnya yang hitam dan panjang itu di depan liang kemaluan isteriku, lalu ditusukkan ke bawah.

"Ouugh.. pelan aja sayang, punya kamu besar sekali!"
Lalu dimasukkannya lagi lebih dalam, isteriku seperti kesakitan, Herman tidak menyerah lalu ditusuknya lebih dalam dan akhirnya masuk semua.
Isteriku terus merintih, "Aaauuh.. aahh, ouuhh."
Pantat isteriku ditariknya ke atas dengan tanganya di bawah pinggul isteriku. Lalu dipompanya liang surga istriku dengan batang kejantanannya. Gerakan naik turun itu berlangsung lama sekali. Aku melihat isteriku mengelinjang hebat, sebelumnya belum pernah seperti itu denganku.
"Aaah.. enghh.. aah.. aku mau keluar, uuh sayang," didekapnya pinggul Herman ke bawah.
Kakinya mengejang, ternyata isteriku mengalami orgasme terlebih dulu, padahal Herman belum apa-apa.
"Gimana, kamu puas, Nik?" tanya Herman, dan isteriku hanya tersenyum.
"Mau kan kamu ganti memuaskan aku? Aku pingin kamu nungging."
Herman segera mencabut burungnya yang panjang. Lalu dengan gaya nungging mereka melakukannya lagi.

"Clop.. clop.." bunyi dari liang nikmat Nunik yang digenjot rudal Herman.
Terlihat benda panjang hitam itu keluar masuk di tengah bongkahan pantat isteriku yang putih, aku semakin terangsang melihat pemandangan itu. Saat rudal Herman ditarik keluar, bibir liang vagina isteriku ikut merekah keluar. Dan kebalikannya, saat ditusuk ke dalam, bibir liang nikmat Nunik ikut merejut ke dalam. Irama kenikmatan tersebut diiringi oleh tangan Herman dengan terus meremas buah dada isteriku yang bergoyang-goyang. Sungguh pemandangan yang merangsang sekali.

"Ahh, ahh, ahh, ouuhh, oughh, ahh.." isteriku terus merintih penuh rangsangan, hingga akhirnya terdengar jeritan kecilnya sambil menahan pantat Herman ke depan dengan tangannya, "Auuhh.."
Bersamaan dengan itu, Herman juga mendesakkan kemaluannya ke depan dan ditahan, keduanya mengejang.
"Seerr.." cairan mani Nunik mengalir dengan derasnya, terasa oleh Herman bersamaan itu, "Crott, crott, crott.." mani Herman juga muncrat ke dalam vagina isteriku.
Nampak keduanya orgasme bersamaan. Lalu Herman melepas kejantanannya dan istirahat di samping isteriku.
"Jon, makasih yaa, aku puas sekali, tapi tolong rahasiakan ini yahh!" pinta isteriku.
"Boleh aja, asal aku boleh minta lagi nanti."
"Terserah kamu, asal kamu bisa mengatur waktu dan merahasiakan pada suamiku dan keluarganya," kata isteriku.
Aku yang mendengar hanya tersenyum karena sandiwara yang kubuat ternyata berhasil.

Sejak kejadian malam itu, hubunganku dengan isteriku semakin bergairah, aku malah terobsebsi saat isteriku disetubuhi laki-laki lain. Dan memang akhirnya, Nunik mengaku malam itu Herman datang memperkosa dirinya.
Lalu kutanya, "Apa kamu sampai orgasme?"
Dengan malu-malu dia mengangguk.
"Ya udah, dulu kan aku udah minta, tapi kamu menolak, kalau memang dengan Herman kamu bisa memuaskan hasratmu, sekarang juga kamu boleh telpon Herman agar malam ini bisa ngentot sama kamu." kataku.
"Tapi mas, kamu ngga cemburu nanti?" tanya Nunik.
"Nunik sayang, aku cinta kamu, kalau memang itu membuat kamu bahagia, aku akan ikut bahagia." aku terus meyakinkan isteriku.
Lalu dia menelpon Herman.

"Boleh, aja Nik, tapi boleh ngga aku bawa teman? Karena setelah mendengar ceritaku, dia penasaran, mau ikut menikmati tubuhmu yang montok." tanya Herman.
"Mas, kata Herman dia akan bawa teman satu, mau ngentot bertiga, boleh ngga?" tanya Nunik.
"Terserah kamu Nik, yang penting kamu puas." kataku.
"Halo Jon, suamiku setuju kamu bawa teman, ya udah sampai nanti malaam ya..!"
Lalu telpon ditutup isteriku. Dan Malam itu jam 19:15, Herman datang membawa teman yang kurus dan tinggi seperti orang Ambon.
"Kenalkan, ini temanku Alex dari Ambon. Dia baru saja diceraikan sama isterinya gara-gara maen sama mertuanya sendiri." kata Herman.
"Wah, kamu jangan buka rahasia teman dong," sergah Alex.

Lalu kami berempat tertawa. Setelah berbasa-basi, lalu aku mempersilakan kedua tamuku langsung masuk ke kamar, dan diikuti isteriku yang dari tadi sudah salah tingkah. Dengan sengaja pintu tidak ditutup, jadi aku leluasa melihat dari ruang tamu. Tampak Herman dan Alex berebutan menelanjangi isteriku. Nunik hanya diam saja, pasrah dengan apa yang diperbuat mereka, tampak tubuhnya berkeringat karena gugup. Kemudian, Herman dan Alex juga menanggalkan pakaian mereka sendiri. Setelah isteriku telanjang bulat, Herman meremasi kedua buah dada Nunik, terkadang dikenyot puting susunya. Sedangkan Alex berjongkok, tangannya beraksi di lubang surga isteriku, dirojohnya lubang itu dengan jari-jarinya, dan berlanjut terus hingga clitnya digosok-gosok sampai memerah, lalu bergantian dijilati dengan lidahnya.

"Ougghh, ahh.." isteriku terus merintih menahan nafsunya yang dari tadi ditahannya.
Sungguh pemandangan yang mempesona, saat melihat isteriku disetubuhi dua pejantan yang ukuran batang kemaluannya lebih panjang dari aku. Memang Alex mempunyai ukuran panjang batang kemaluannya 16 cm tetapi diameternya lebih besar dari pada batang kemaluannya Herman yang panjangnya 18 cm, sedang punyaku hanya 13 cm.

Tampak kemaluan isteriku semakin basah akibat rangsangan yang diterimanya. Akhirnya pertahanannya bobol juga, isteriku mengejang tidak kuat berdiri. Dia mencengkeram punggung Herman, setelah itu ambruk di kasur. Banyak sekali cairan mani yang keluar dari liang kenikmatannya. Aksi berikutnya, isteriku yang sudah telentang di kasur, tampak pasrah menerima rangsangan dari kedua laki-laki itu. Pelan-pelan Alex membentangkan kedua kaki isteriku, lalu rudalnya ditempelkan di permukaan lubang nikmat isteriku. Setelah tepat, lalu diterobosnya halangan menuju kenikmatan tersebut. Dan memang agak sulit sedikit. Sedikit demi sedikit, benda panjang hitam itu mulai membenam dan masuk ke dalam kemaluan isteriku.

"Ouughh.." isteriku melenguh panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, mulutnya terus mendesis, "Ssshh.. uhh.. oouuhh.."
Lalu Alex bergerak maju mundur memompakan rudal besarnya ke dalam liang senggama Nunik yang sudah pasrah. Sementara itu, Herman menyodorkan kemaluannya di depan muka Nunik. Dengan gemas tangan Nunik menyambutnya dan pelan-pelan dijilatinya seperti permen Loli.
"Ouugghh.." Herman melenguh.
Tanpa disuruh, Nunik memasukkan batang kejantanan Herman ke dalam mulutnya dan Herman menggerakkannya maju mundur, terlihat kontras sekali mulut atas dan mulut bawah isteriku dimasuki batang kemaluan Herman dan Alex. Suara Ranjangku berdecit-decit saat ketiga makhluk yang sudah dipenuhi nafsu tersebut memperagakan aksinya.
"Ciitt, kreekk.."

Alex semakin lama semakin mempercepat gerakannya.
"Aahh, Uhhgg.." lalu dia mengejang, akhirnya dia orgasme duluan.
"Creett.. creett.. crett.." air maninya segera memenuhi rahim isteriku.
Setelah itu batang kejantanannya dicabut, dia ambruk di samping istriku.
"Jon.. aku belum.. puaas.." rintih isteriku.
Lalu Herman mengambil bantal dan diganjalkan di bawah pantat isteriku, maka clirotis isteriku nampak merekah keluar. Sementara banyak sekali cairan yang sudah menetes dari kemaluannya. Tidak lama benda ajaib Arab itu segera menusuk liangnya Nunik. Kemaluan yang sudah basah dan lembab itu segera dipenuhi rudal Herman. Lalu gerakan naik turun Herman membuat isteriku menggelinjang-gelinjang. Dia mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, kadang diputarnya. Sungguh mereka mengejar kenikmatan masing-masing.

"Ouhh, sshh, aagghh, kau hebaat.. Maaan.." desah isteriku, "terus.. oohh.. emhh.." isteriku terus merancu.
Kakinya digapitkan di pinggang Herman, dan akhirnya isteriku mengejang.
"Maaan, aku mauu, ouuhh.." tembus juga akhirnya pertahanannya dan, "seerr.. seerr.." maninya banyak yang keluar, dia mendekap erat tubuh Herman.
Kemudian disusul Herman yang mendekap erat tubuh isteriku, dia mencapai klimaksnya.
"Aaahh.." maninya muncrat ke dalam rahim isteriku.

Malam itu mereka bermain lama sekali secara bergantian keduanya menyetubuhi isteriku hingga jam 08.00 pagi, dan lalu mereka pulang. Semenjak itu, kalau isteriku lagi mood, kubiarkan dia menelpon Herman atau alex. Pembaca, 4 bulan kemudian, oleh dokter, isteriku dinyatakan positif hamil dan orang tuaku mendengarnya dengan gembira. Kabar baik tersebut mengubah rencana, tidak jadi menikahkan aku dengan Watik.
Di dalam hati, saya hanya berpikir, "Mungkin inilah yang disebut dengan original sin."