Tuesday, August 16, 2011

Aku terkena Jebakan tante tante haus seks


Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon
lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau
ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan
namanya dan setelah kau angkat.

"Hallo, selamat siang herman," suara wanita yang sangat manja
terdengar.
"Helo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.
"Namaku Ratih," kata wanita tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Ratih tahu nomor telepon kantor saya dari mana?"
tanyaku menyelidiki.
"Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,"
jelasnya.
"Ooo.. Yanti," kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan
satu. Yanti adalah seorang wanita karir yang juga 'mewarnai'
kehidupan sex aku.

"Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?"
tanyaku.
"Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam
kangen sama kamu," jelas Ratih.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah
kenal lama. Suara Ratih yang lembut dan manja, membuat aku
menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut.
Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Ratih membuyarkan
lamunanku.

"Hallo.. Herman, kamu masih disitu?" tanya Ratih.
"Iya.. Iya Mbak.." kataku gugup.
"Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?" tanyanya
menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Ratih tuh," celetukku.
"Masa sih.. Aku jadi GR deh" dengan nada yang sangat menggoda.

"Herman, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?" tanya Ratih.
"Boleh aja Mbak.. Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,"
jawabanku semangat
"Oke deh, kita ketemuan dimana nih?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Herman sih ngikut aja?" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa
senayan," katanya.
"Oke, sampai nanti herman.. Aku tunggu kamu jam 18.30," sambil
berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat
tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita
yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku
pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas
selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya
aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan.
Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri
setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku
sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita
dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede
dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku
dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju
ke MC. Donald seperti yang dikatakan Ratih. Aku segera
mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa
melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti
pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian.
Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun.
Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku
tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan
yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian
depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah
dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok
mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa
bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang
menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat
merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku.
Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil
tempat duduk semeja dengan aku.

"Maaf apakah kamu Herman?" tanyanya sambil menatapku.
"Iy.. Iyaa.. Kamu pasti Ratih," tanyaku balik sambil berdiri
dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan
darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga
halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

"Silahkan duduk Ratih," kataku sambil menarik satu kursi di
depanku.
"Terima kasih," kata Ratih sambil tersenyum.
"Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja
sih?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Herman,"
jelasnya.
"Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah
kamu?" kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa
diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling
menggoda dan sesekali bicara yang 'menyerempet' ke arah sex.
Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang
semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Ratih adalah
seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Ratih adalah
seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di
Jakarta.

"Karin, kamu kenal Yanti dimana?" tanyaku.

Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering
online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal
apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex
sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh
semangat.
."Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu
sih," tanyaku penuh penasaran.
"Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa
dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya," Jawabnya penuh
pengertian.
"Ooo, begitu.." kataku sambil manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana
menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai," jelasnya
tanpa aku tanya.
"Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada
acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya
dia bisa dateng," jelasnya kembali.
"Memangnya Mbak Ratih menginap dimana nih?" tanyaku
penasaran.
"Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di
hotel H.."jelasnya.
"Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Herman.. Makanya saat itu aku tanya Yanti,"
katanya
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di
Jakarta," katanya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu," lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku
lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah
mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

"Heerrrr.. Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?" tanyanya.
"Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel
sendirian," kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan
segera meluncur ke hotel H.. Yang tidak jauh dari pusat
pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Ratih bergegas menuju lift
untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya,
Ratih menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang
mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang
sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku
masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi
ternyata dia nggak sendiri. Ratih pun memperkenalkan
teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi
dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Yuni(36b)
sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga
berpayudara yang sama besarnya bernama Indah(36b). Dan mereka
pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka
pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak
berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun
dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika
itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah
pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang
besar, Ratih pun langsung menciumku dengan ganasnya aku
sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat
mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan
kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan.
Setelah itu Ratih pun langsung menciumku dengan garangnya dan
aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas
ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku
mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya.
Sedangkan Yuni mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok
dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan
tanpa sadar aku pun mendesah.

"Aaahh enak Yuunnn, terus Yuunnn hisap terus, aahh.."

Sedangkan Indah menghisap buah zakarku dengan lembutnya
membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja
permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Ratih dengan
lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan
yang aku buat. Ratih pun menjerit keras sambil berdesis
bertanda dia menikmati permainanku itu.

Yunipun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Ratih
sedangkan Indah mencium bibir Ratih agar tidak berteriak
ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati
vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah.

"Heerrrr.. Akuu mauu keeluuarr."

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu
akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa.
Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam
vagina Ratih, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali
hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah
basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat
perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku
lakukan dan Ratih pun mulai mendesah nggak karuan.

"Aaahh enak Heerrrr, terus Heerrrr, enak Heerrrr, lebih dalam Heerrrr aahh,
sstt.."

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku
percepat dan dia mulai berkicau lagi.

"Aaahh enak Heerrrr, penis kamu enak banget Heerrrr, aahh.."

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang
yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan
tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan
sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku.
Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Yuni
segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan
Ratih yang menempel pada penisku, sedangkan Indah menghisap
vaginanya Ratih yang masih keluar dalam vaginanya dengan
penuh nafsunya.

Yuni pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku
dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Yuni
dan serentak langsung masuk. Bless.. Terasa sekali kehangatan
didalam vaginanya Yuni. Dia pun mulai menaik turunkan
pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat
goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan
sensasi yang diberikan oleh Yuni.

Indah pun mulai menghisap payudara Yuni penuh gairah,
sedangkan Ratih mencium bibir Yuni dengan garangnya,
Yuni mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

"Aaahh enak Yuunnn.. Terus Yuunnn.. Goyang terus Yuunnn.. Lebih dalam
lagi Yuunnn.. Aaahh sstt"

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai
berdenyut,

"Yuunnn.. Aku.. ingiin keeluuaarr"

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya,
entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu
nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika
itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya
berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang
sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku
yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun
berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku,
Indah pun langsung menjilati vaginanya Yuni yang masih
mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun
melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan
makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Indah
dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya
yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari
diatasnya.

"Ooohh.. Herman.. Geelli.." desah Indah.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia
hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Yuni dan Ratih mereka asyik berciuman dan saling menjilat
payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai
menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan
dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang.
Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya
dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi
dan dia medesah.

"Aaahh enak sekali Heerrrr.. Terus Heerrrr hisap terus Heerrrr enak Heerrrr
aahh sstt.."

Indah pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya
dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai
mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah
dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang
vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat
tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku
langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar
selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

"Ssstt.. Heerrrr.. Nikmat sekali.. Ughh," rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan
lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Indah yang terkadang
berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin
menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

"Herman.. Gila banget lidah kamu.." rintihnya
"Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan.." pintanya.

Paha Indah dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku
untuk menjilatnya. Indah menggigit bibir bawahnya seakan
menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

"Oohh.. Herman, aku nggak tahan.. Ugh.." rintihnya.
"Herman cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,"
pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang
yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang
kewanitaannya dan sekali hentak.

"Bleest.." kepala penisku menggoyang vaginanya Indah.
"Aowww.. Gila besar sekali Heerrrr.. Punya kamu," Indah merintih.


Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Indah
mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga
menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

"Herman.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh," pinta Indah.

Indah terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri
seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang
kewanitaannya. Sesekali Indah membantu pinggulnya untuk
berputar-putar.

"Herman.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh," kepalannya bergerak ke
kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Indah seperti orang kesurupan dan
ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha
mempermainkan birahinya, disaat Indah semakin liar. Tempo
yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti
gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku
terasa sekali mengoyang dinding vagina Indah.

"Herman.. Terus.. Sayang.. Jangan berhenti.." Indah meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Indah untuk mencapai
kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Indah benar-benar tidak
bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

"Herman.. Aakuu.. Kelluuaarr.. Aaakkhh.. Goyang sayang," rintih
Indah.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi
Indah semakin tak terkendali.

"Heerrrr.. Ooo.. Aaammpuunn," rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku  dengan
dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Indah. Aku
merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Indah yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku
masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Indah,
sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang
vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya
Indah.

"Ooohh.. Herman.. Kamu.. Memang.. Ahli.." katanya sambil
merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Indah dan menekan
tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang
vaginanya.

"Indah.. Vagina kamu memang enak banget," pujiku.
"Kamu suka minum jamu yaa kok seret?" tanyaku.

Indah hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya
menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang
kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Indah dan hal tersebut
menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku
diterima Indah karena ternyata wanita tersebut bisa
mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai
tadi sudah mengoyak birahiku.

"Indah.. Aku mau.. Keluar.."kataku mendesah.
"Aku juga sayang.. Ooohh.. Nikmat terus.. Terus.." Indah
merintih.
"Herman.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasakan semprotan..
Kamu.." pintanya.
"Iya sudah.. Ooogh.. Aaakhh.." rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Indah semakin kencang,
semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai
puncak bersama-sama.

"Herman.. Aku.. Aku.. Ngaak kkuuaatt.. Aaakhh" rintih Indah.
"Aku juga sudah.. Ooogh.. Dahh," aku merintih.
"Crut.. Crut.. Crut.." spermaku muncrat membanjiri vaginanya
Indah.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes
sampai keluar dicelah vagina Indah. Setelah beberapa saat
kemudian Indah membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan
tubuhku.

"Herman, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan
sex. Kamu memang luar biasa" kata Indah merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,"
kataku merendah.
"Kamu luar biasa.." Indah tidak meneruskan kata-katanya
karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang
masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Ratih dan Yuni,
ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah
terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya
akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun
terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang
kemaluanku dan ternyata Yuni sudah bangun dan aku pun
menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih
tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya
kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan
terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka
semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti
oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai
kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami
berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama.
Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh
ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair
dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok
keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang
nakal memilih punting mereka.

"Ughh.. Herman.." mereka merintih dan bergerak saat aku
permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu
kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang
membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu
kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang
tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku
harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet
akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang
berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H.. Sambil menikmati
sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan
tadi

7 comments:

  1. Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
    Tumpang Iklan
    Abang sangat hebat..
    Kalau macam ni lah.. hari2 pun sayang nak..
    >>>Enlargexl:Besarkan Zakar <<<

    ReplyDelete
  2. Obat Bius | Jual Obat Bius Pin 5891AF43 Tlp 081226129800
    Jual Obat Bius, Obat Bius Cair,serbuk,hirup,semprot,Obat Bius Lengkap Aman Tanpa Efek samping, Obat Perangsang wanita, Obat Pembesar Penis, Obat Bius Terbaik Dunia Jual Obat Bius Cair, Obat Bius , Serbuk, Obat Bius Hirup, Obat Bius Semrpot,Obat Penenang Tablet http://jualobatbiuskotasemarang.blogspot.co.id/

    ReplyDelete
  3. Bingung karena banyak poker poker online?? Bole di coba bosku Www.Betdanwin.com Poker Online yang selalu memberikan pelayan terbaik kepada member membernya.
    100% Murni Player vs Player (No Bot System)
    Untuk Promo promo nya juga menarik antara lain :
    - Bonus Deposit 100% untuk seluruh member (syarat ketentuan berlaku)
    - Bonus referal 50% seumur hidup LoOh
    - Minimal Deposit : 10.000
    - Withdraw : 20.000
    - Potongan meja disaat bermain di BetdanWin HANYA 3%
    - Support Bank : BCA - BNI - BRI - MANDIRI
    - Pelayanan yang sangat ramah dan sopan bersama cs BetDanWin
    - dan Like juga Fanspage kami di facebook Betdanwin. untuk info promo bonus lainnya lagi

    ReplyDelete